TARAKAN, Fokusborneo.com – Satuan Pelayanan Penemuhan Gizi (SPPG) Muhammadiyah Tarakan, di bawah koordinasi Koordinasi Wilayah (Korwil) SPPG Muhammadiyah Kalimantan Utara (Kaltara), secara tegas menekankan penggunaan bahan baku lokal Tarakan dalam penyediaan menu makanan bagi siswa. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk menggerakkan perekonomian daerah setempat.
Korwil SPPG Muhammadiyah Kaltara, Slamet Kurniawan, mengatakan dapur SPPG SMA Muhammadiyah Tarakan sebagian besar menggunakan bahan baku lokal dengan berbelanja di pasar. Sehingga perputaran ekonomi terjadi di Tarakan.
“Kami memang bahan bakunya harus bahan baku lokal. Supaya ekonominya berputar di sini, di pasar juga ramai,” ujarnya.
Saat ini, SPPG Muhammadiyah Tarakan melayani sekitar 2.966 porsi makanan dan didistribusikan sebanyak dua kali sehari, yakni pagi dan siang. SPPG SMA Muhammadiyah Tarakan sendiri melayani 14 sekolah, termasuk yang terjauh seperti SDN 005 dan SDN 035.
Meskipun saat ini melayani hampir 3.000 porsi, target yang tercantum dalam proposal adalah mencapai 4.000 porsi.
”Presentasi bahan baku yang didatangkan dari luar itu sebenarnya sangat minim seperti beras. Tapi hampir semua barang lokal, supaya menghidupi ekonomi lokal,” jelasnya.
Ia menambahkan program seperti ini seharusnya mengarahkan dapur yang beroperasi di suatu wilayah, misalnya kecamatan atau kelurahan, untuk berbelanja di pasar setempat.
Sedangkan bahan baku yang tidak tersedia di Tarakan, seperti beras, pembeliannya tetap di toko yang ada di Tarakan.
“Yang pasti, setiap hari kami belanja di Tarakan,” tegasnya.
Bagi SPPG SMA Muhammadiyah Tarakan, baru telah berjalan satu sejak 1 September lalu untuk memenuhi MBG. Sejauh ini, menunjukkan hasil yang baik.
“Alhamdulillah, kami ini sudah sebulan berjalan, tidak ada keluhan. Dan program SPPG ini juga telah berhasil menyerap tenaga kerja lokal mencapai puluhan orang,” ungkapnya.
Selain itu, semua menu yang disajikan telah dihitung dan distandarisasi ahli gizi dan akuntan untuk memastikan kebutuhan gizi siswa terpenuhi tanpa terjadi kelebihan gizi (over-gizi).
Standarisasi ini menjadi panduan ketat agar tidak terjadi penyimpangan menu atau porsi.(Mt)
Discussion about this post