TARAKAN, Fokusborneo.com – Komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tarakan berencana menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) lanjutan.
RDP ini akan berfokus pada evaluasi hasil kunjungan kerja dan membahas persoalan pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk Program Makanan Bergizi (MBG) yang tengah berjalan.
Dari hasil kunjungan kerja meninjau Satuan Pelayanan Penemuhan Gizi (SPPG) Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan, Selasa (30/9/25), perlu dilakukan dibahas lebih lanjut soal pemenuhan kebutuhan bahan baku MBG.
Kunjungan tersebut, dipimpin Ketua Komisi II, Simon Patino, dan turut didampingi perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan.
Anggota Komisi 2 DPRD Kota Tarakan, dr. Yuli Indrayani, mengungkapkan adanya kekhawatiran yang muncul soal kebutuhan bahan baku MBG dari hasil peninjauan dan diskusi dengan pihak SPPG.
”Memang dari hasil kunjungan lapangan ini, yang kita dapatkan memang dari sumber bahan baku kita, ya. Jadi dikhawatirkan dari SPPG ini ketika nanti semua dapur berjalan bersamaan, ketakutan akan sumber bahan baku yang tersedia itu yang kurang,” ujar dr. Yuli Indrayani.
Pihak SPPG, kata dr. Yuli, meminta saran agar sektor pertahanan pangan, pertanian, dan peternakan dapat memberikan dukungan untuk penyediaan bahan baku. Salah satu bahan yang disoroti adalah telur dan ayam lokal.
”Kalau pada saat bersamaan menunya semua ayam, nah yang ditakutkan itu ayam yang tersedia di pasar tidak ada. Begitu juga dengan telur, begitu kebutuhan akan telur itu banyak meningkat, pasti akan terjadi kenaikan harga dan risiko terjadi kelangkaana serta inflasi jika permintaan serentak,” tambah politisi Golkar.
Mengantisipasi persoalan ini, dr. Yuli Indrayani memastikan Komisi 2 akan segera mengadakan RDP dengan stakeholder terkait.
”Ke depan kita pertama akan ada RDP lanjutan untuk evaluasi hasil kunjungan lapangan kita ini. Jadi kita nanti akan panggil beberapa leading sector yang berkaitan dengan program MBG ini seperti Pertanian, Peternakan, Dinas Kesehatan, terus Ketahanan Pangan, dan beberapa instansi terkait lah. Dan penyedianya juga, SPPG-nya juga, misalnya yayasan akan kita panggil juga,” jelasnya.
Selain masalah bahan baku, kunjungan tersebut juga menyoroti kondisi fisik dan alur kerja di Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan.
”Kalau untuk kondisinya ya karena memang kondisi dapur ini menggunakan bagian dari sekolah, jadi otomatis ruangannya banyak yang bersekat-sekat terus juga ruangan terbukanya juga banyak, jadi alur masuknya ini masih belum sesuai,” ungkap dr. Yuli.
Ia menjelaskan proses dari loading barang, pengecekan, penyimpanan, hingga pembersihan dan pemotongan bahan baku memiliki ruangan yang terpisah-pisah, yang mengakibatkan alur bolak-balik.
”Yang kita takutkannya dengan alur ini, kontaminasi bahan makanan itu semakin besar. Itu yang kita katakan, pihak dapur masukannya mungkin memperbaikin alurnya saja,” tutupnya.(**)
Discussion about this post