BALIKPAPAN, Fokusborneo.com – Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) tingkat nasional dan internasional tahun ini akan menjadi panggung bagi 12 santri asal Balikpapan. Mereka berhasil menembus seleksi ketat dan dipercaya mewakili Kalimantan Timur pada ajang bergengsi yang dipusatkan di Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
MQK merupakan kompetisi yang menuntut keahlian membaca sekaligus memahami kitab-kitab berbahasa Arab klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning. Lomba ini tidak hanya menekankan kemampuan teknis membaca teks Arab gundul, melainkan juga kecermatan peserta dalam mengkaji isi literatur Islam klasik yang menjadi rujukan keilmuan di pesantren.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, memberikan apresiasi tinggi kepada para santri yang mampu menorehkan prestasi hingga ke tingkat nasional. Menurutnya, capaian ini menjadi kebanggaan sekaligus motivasi bagi generasi muda Balikpapan.
“Kami sangat bangga adik-adik santri ini bisa membawa nama baik Balikpapan. Mudah-mudahan mereka tampil maksimal dan meraih hasil terbaik. Pemerintah kota tentu mendukung penuh agar prestasi ini bisa mengharumkan nama Balikpapan dan Kalimantan Timur di kancah nasional bahkan internasional,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
Bagus menambahkan, keberhasilan ini sekaligus menunjukkan pembinaan generasi muda di bidang keagamaan harus terus ditingkatkan. Menurutnya, prestasi keislaman tidak hanya berdampak pada citra daerah, tetapi juga memperkuat karakter moral dan spiritual generasi muda.
“Prestasi seperti ini harus kita apresiasi, karena selain mengangkat nama daerah juga memperkuat karakter generasi yang berilmu, berakhlak, dan cinta Al-Qur’an,” tambahnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Balikpapan, Masrivani, menyebutkan Balikpapan menjadi kota dengan jumlah peserta terbanyak yang lolos dari Kaltim. Dari berbagai pondok pesantren di provinsi ini, Balikpapan mengutus 12 santri dari tiga pesantren, yakni Ponpes Assyifa, Subul Salam, dan Syekh Hasan Al-Banjari.
“Alhamdulillah, dari sekian banyak pondok pesantren di Kaltim, Balikpapan yang paling banyak mengirimkan peserta. Ada 12 cabang yang berhasil lolos, di antaranya tafsir Al-Qur’an, tafsir tarikh, tauhid, debat bahasa Arab, hingga debat bahasa Inggris,” ungkapnya.
Masrivani menegaskan, para santri tidak serta-merta langsung lolos, melainkan melewati proses seleksi yang cukup ketat. Tahap awal seleksi dilakukan melalui tes berbasis komputer secara online. Setelah itu, mereka menjalani seleksi lanjutan via Zoom yang dinilai langsung oleh dewan juri tingkat nasional.
“Proses seleksi ini berlangsung sangat selektif dan kompetitif. Alhamdulillah, 12 santri Balikpapan dinyatakan layak untuk mengikuti MQK secara tatap muka di Wajo,” jelasnya.
Lebih jauh, Masrivani berharap dukungan penuh masyarakat agar para santri bisa tampil maksimal. Menurutnya, selain menguji kemampuan intelektual, MQK juga menjadi ajang melatih mental, kedisiplinan, dan kepercayaan diri santri di hadapan dewan juri maupun peserta dari berbagai daerah.
“Semoga para santri kita mampu memberikan penampilan terbaik dan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Karena ilmu dan cinta Al-Qur’an adalah cahaya yang akan membimbing kita menuju kebaikan,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post