JAKARTA, Fokusborneo.com – Inovas BUSAK PAUD (Tumbuh Sehat, Cerdas, dan Kreatif) yang digagas Bunda PAUD Kabupaten Tana Tidung, Vamelia Ibrahim, mendapat apresiasi tinggi dari kalangan akademisi. Inovasi ini dipresentasikan dalam seminar proposal tugas akhir program magister (S2) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Universitas Panca Sakti, Sabtu (4/10/2025).
Vamelia yang juga istri Bupati Tana Tidung, Ibrahim Ali, kini tengah menempuh pendidikan magister untuk memperdalam ilmu di bidang PAUD. Dalam paparannya, ia menjelaskan pengembangan aplikasi BUSAK PAUD yang berfokus pada pemantauan literasi anak usia dini agar proses belajar anak dapat terpantau sejak usia prasekolah hingga masuk sekolah dasar.
Ketua Ikatan Doktor PAUD Indonesia, Dr. Sukirman, yang turut menjadi dosen penguji, memuji gagasan tersebut sebagai inovasi yang relevan dan memiliki potensi besar untuk diterapkan secara nasional.
“Saya ini biasa menguji dan kritis. Tapi inovasi BUSAK PAUD ini saya akui luar biasa. Saya harap agar tidak hanya diterapkan di Tana Tidung saja, tetapi di seluruh Indonesia. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini terjadi hampir di semua daerah,” ujar Dr. Sukirman.
Dekan Pascasarjana Universitas Panca Sakti, Assoc. Prof. Dr. Nita Priyanti, M.Pd., selaku pimpinan sidang, menilai inovasi ini mendukung kebijakan nasional dalam memperkuat transisi dari PAUD ke sekolah dasar.
“Inovasi ini sejalan dengan upaya membangun kesinambungan data dan pembelajaran antara PAUD dan SD. Literasi anak yang dipantau sejak dini bisa ditindaklanjuti di jenjang berikutnya, sehingga kemampuan fondasi anak dibangun secara berkelanjutan,” jelasnya.
Dalam seminar tersebut, Vamelia menjelaskan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Aplikasi BUSAK PAUD akan dilengkapi fitur pemantauan literasi anak, yang memungkinkan orang tua, guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan, dan Bunda PAUD untuk melihat tahapan kemampuan membaca dan menulis anak.
“Orang tua biasanya ingin anaknya lulus dari PAUD sudah lancar membaca dan menulis, tapi belum memahami tahapan menuju ke sana. Melalui inovasi ini, mereka bisa mengetahui posisi perkembangan anaknya dan memberi dukungan yang sesuai,” tutur Vamelia.
Ia menambahkan, anak yang masih berada pada tahap membaca fantasi seharusnya distimulasi dengan buku bergambar, bukan dengan latihan mengeja huruf. Begitu pula bagi anak yang masih menulis dalam bentuk coretan bebas, mereka sebaiknya diberi keleluasaan berekspresi di kertas kosong, bukan langsung disuruh menulis huruf.
“Kekeliruan dalam memberikan stimulasi bisa berdampak jangka panjang. Anak memang bisa cepat membaca dan menulis, tapi belum tentu memahami isi bacaan,” pungkasnya.
Melalui inovasi BUSAK PAUD, Vamelia berharap ada kolaborasi lebih kuat antara satuan pendidikan, pemerintah daerah, dan orang tua dalam mendukung fondasi literasi anak usia dini — dimulai dari daerah hingga ke tingkat nasional. (*)
Discussion about this post