TANJUNG SELOR, Fokusborneo.com – Fraksi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) meminta Pemerintah Provinsi untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi ketat dalam penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA).
Desakan ini menjadi salah satu catatan kunci Fraksi terhadap Rancangan APBD Tahun Anggaran 2026. Permintaan tersebut disampaikan Sekretaris Fraksi Golkar, Adi Nata Kusuma.
Dalam struktur APBD 2026 yang defisit Rp 30 miliar, SILPA tahun sebelumnya direncanakan menjadi salah satu sumber utama Pembiayaan Netto sebesar Rp 50 miliar, yang akan digunakan untuk menutupi defisit dan penyertaan modal.
Adi menegaskan alokasi dana dari SILPA harus diarahkan untuk mendukung perekonomian rakyat, bukan untuk hal-hal yang tidak mendesak.
“Fraksi Golkar meminta agar penggunaan SILPA dilakukan secara akuntabel, transparan, dan diarahkan hanya untuk program-program produktif,” ujar Adi Nata Kusuma.
Permintaan ini bertujuan untuk memastikan dana yang tidak terserap di tahun sebelumnya benar-benar dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan, dan mempercepat pembangunan infrastruktur yang sempat tertunda.
Permintaan transparansi penggunaan SILPA ini merupakan bagian integral dari desakan agar Pemerintah Provinsi Kaltara memperbaiki kualitas belanja daerah.
Sebelumnya, Fraksi juga menyoroti rendahnya porsi Belanja Modal yang hanya 3,26% dan tingginya ketergantungan pada Belanja Operasi.
Dengan adanya SILPA, ia berharap dana tersebut dapat menambal kekurangan alokasi modal dan dialihkan ke program-program strategis, seperti realokasi anggaran untuk penambahan Belanja Modal sebesar Rp 80–90 miliar, serta program padat karya berbasis UMKM dan sektor pangan.
”Kami berharap Pemerintah Provinsi dapat menyajikan data pendukung yang detail dan membuka ruang dialog konstruktif mengenai setiap alokasi dana, termasuk SILPA, demi terciptanya APBD 2026 yang benar-benar bekerja bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Kaltara,” pungkasnya.(*/mt)















Discussion about this post