TARAKAN, Fokusborneo.com – Merespons potensi perubahan iklim ekstrem di penghujung tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan secara resmi mengeluarkan Surat Edaran (SE) mengenai kesiapsiagaan bencana.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan kolektif masyarakat terhadap risiko bencana.
Wakil Wali Kota Tarakan, Ibnu Saud, mengonfirmasi bahwa status kesiapsiagaan bencana ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah pusat, yakni Surat Menteri Dalam Negeri RI tertanggal 18 November 2025, yang berfokus pada potensi Bencana Hidrometeorologi.
Ibnu Saud menyoroti Tarakan saat ini berada dalam masa pancaroba, di mana pola hujan menjadi tidak teratur dan sulit diprediksi. Kondisi ini, menurutnya meningkatkan kelabilan tanah, membuat wilayah rawan longsor, bahkan akibat getaran kecil sekalipun.
”Kita berada dalam suasana pancaroba, intensitas hujan yang sulit diprediksi dapat meningkatkan kelabilan tanah. Kita harus mewaspadai ini, apalagi kita lihat bencana banjir dan longsor makin sering terjadi di daerah lain,” kata Ibnu Saud, Senin (1/12/25).
Ia juga secara lugas menghubungkan isu ini dengan kerusakan ekosistem lokal. “Aktivitas manusia, seperti yang mengancam hutan di Gunung Selatan, Binalatung, dan Juata Kerikil, memperparah kondisi. Ketika hujan besar terjadi di wilayah dengan hutan yang berkurang, musibah tidak terhindarkan,” tegasnya.
Oleh karena itu, SE tersebut dikeluarkan sebagai langkah awal untuk meminimalisir dampak bencana. Pemkot Tarakan menekankan bahwa esensi dari mitigasi bencana adalah sistem peringatan dini (warning system) untuk membangkitkan kesadaran publik.
Pihaknya mengimbau agar masyarakat menunjukkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan, termasuk menghindari pembukaan kebun atau pendirian pondok di kawasan hutan.
Tindakan seperti penebangan pohon dapat mengurangi daya serap air tanah, yang pada akhirnya memicu pergerakan tanah dan longsor saat cuaca ekstrem.
”Pemerintah berharap status ini tidak hanya dilihat sebagai peringatan, tetapi sebagai penggerak bagi kita semua untuk saling mengawasi dan menjaga lingkungan. Bencana tidak peduli siapa yang berbuat, semua bisa menjadi korban,” jelas Ibnu Saud.
Secara terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan, Sulam Khilmi, membenarkan adanya potensi peningkatan curah hujan dan angin di akhir tahun.
Meskipun ia menyebut intensitas curah hujan di bulan Desember cenderung lebih rendah dibandingkan puncak hujan di Oktober dan November, masyarakat tetap diminta untuk waspada.
”Potensi cuaca ekstrem, baik berupa hujan intensitas tinggi, angin kencang, maupun gelombang tinggi, selalu ada. Sebaliknya, kemarau panjang juga bisa menyebabkan musibah kekeringan dan kebakaran lahan,” ujar Sulam Khilmi.
Ia menegaskan meski potensi bencana selalu mengintai, dampak buruknya dapat dicegah melalui langkah-langkah mitigasi yang tepat.(*/mt)













Discussion about this post