TARAKAN – Ketua Forum Komunikasi Ketua Rukun Tetangga (FKKRT) Rsuli Jabba berharap tagihan listrik bulan Juli 2020 sudah kembali normal. Menurutnya, membengaknya tagihan listrik selama dua bulan terakhir cukup memberatkn masyarakat Kota Tarakan ditengah pandemi Covid-19.
Ketua FKKRT Rusli Jabba mengatakan dalam rapat beberapa waktu lalu di DPRD Kota Tarakan disampaikan, bawa tagihan bulan Juni 2020 ini sudah kembali normal. Hanya saja kenyataannya di masyarakat berbeda, malah tagihan listriknya membengkak tidak seperti tagihan pada waktu normal.
“Tenyata masih banyak laporan masyarakat yang disampaikan ke Ketua RT bahwa tagihan bulan April, Mei dan Juni malah naik terus. Ditakutkan nanti bulan Juli tagihan juga naik, makanya saya berharap tagihan bulan Juli sudah kembali normal,†kata Rusli jabba saat hadir di dialog publik tentang tarif dan rekening listrik dengan PT. PLN (Persero) UP3 Tarakan dan FKKRT di kantor PLN Gunung Belah, Rabu (17/6/20).
Rusli Jabba menjelaskan salah satu tagihan rekening listrik yang membengkak yaitu Masjid Al-Jabbariah Lingkas Ujung. Tagihan bulan Maret sebesar Rp. 557.718, bulan April menaik menjadi Rp. 1.443.588 dan Mei kembali naik menjadi Rp. 1.531.716.
“Apabila di bulan Juli 2020 tagihan listrik masih tetap membengkak tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan masyarakat. Ini kalau masih tinggi lagi tagihannya bisa-bisa masyarakat demo ke PLN. Makanya ini kami datang ke PLN untuk mohon agar keluhan masyarakat benar-benar diperhatikan,†ujar Rusli Jabba juga anggota DPRD Kota Tarakan dari Partai Hanura.
Sementara itu, Koordinator aksi juga Penasehat FKKRT Makmur mengatakan, kedatangan kami ke PLN merupakan perwakilan dari masyarakat yang mengeluh terhadap tagihan rekening listrik. Lonjakan tagihan listrik ini, bahkan ada sampai Rp 1 juta.
“Kami meminta kepada PLN untuk mengecek kembali data-data yang dilaporkan ke FKKRT terkait membengkaknya tagihan rekening listrik. Selama tenggang waktu 10 hari PLN tidak ada Langkah kongkrit maka kami akan turun lebih banyak lagi ke PLN,†kata Makmur.
Makmur juga meminta PLN setiap ada keluhan warga cepat ditanggapi dan mengecek kembali ke lapangan jangan berandai-andai. “Sebab PLN dalam mencatat kWh meter ini bukan soal hipotesa, kira-kira ini bukan penyakit, tapi ketika kilometernya ada angkanya maka muncul rupiah dan itu menjadi tanggungjawab konsumen,†tegasnya















Discussion about this post