TARAKAN – Melalui program kemandirian Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Tarakan terus memberikan bekal bagi warga binaan pemasyarakatan untuk mandiri setelah nantinya kembali ke masyarakat.
Di hadapan awak media, Kepala Lapas Tarakan Sutarno bersama jajaran memperlihatkan salah satu contoh program kemandirian untuk warga binaan berupa kerajinan pembuatan kain batik yang dilakukan oleh warga binaan perempuan dan kerajinan mebel.
Tidak hanya sekedar pelatihan dan pembinaan, sebagai bentuk motivasi serta dukungan pemasaran, Kalapas telah memesan kain batik ini untuk seragam seluruh pegawai.
“Pembuatan batik cap yang sekarang ini kita galakkan dan sebagai contoh kita membuat batik untuk pegawai, nah ini salah satu tester jika hasilnya bagus maka bisa kita pasarkan ke tempat lain,” jelas Kalapas belum lama ini.
Dengan menggunakan seragam batik yang dibuat langsung warga binaan, Kalapas menegakan bahwa pihaknya tidak hanya memberikan kesibukan kepada warga binaan tetapi ini dilakukan juga untuk melatih pembatik sampai mahir sehingga saat kembali ke masyarakat dapat terus dikembangkan.
“Nah itu salah satu wujud nyata pembinaan kemandirian yang kita lakukan termasuk di dalamnya tadi ada pembuatan mebel nah itu juga wujud pembinaan kemandirian, dan masih ada beberapa pembinaan kemandirian yang lain termasuk pembuatan kopi buih yang sudah lama, kemudian pembuatan bakso dan handicraft dan ada beberapa yang lain nah ini tentunya kita memang mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat,” terangnya.
Lebih lanjut, Sutarno menerangkan bahwa melalui program kemandirian ini juga menghapus kesan masyarakat bahwa warga binaan di dalam Lapas tidak hanya makan dan tidur.
Tidak hanya program kemandirian warga binaan juga diberikan program kepribadian sehingga ketika kembali ke masyarakat betul-betul dapat diterima oleh masyarakat dan dapat mempercepat pemulihan penghidupan yang layak dan berguna bagi nusa dan bangsa.
“Itu intinya, ya kalau melihat hasilnya seperti apa ya Alhamdulillah kalau hasilnya seperti yang kita lihat tadi sudah bagus ya makanya kita berani untuk membuat baju dinas pegawai baju batik, karena memang hasilnya kita lihat sudah bagus,” imbuhnya.
Erni salah satu warga binaan yang mengikuti program kemandirian ini mengaku bisa membuat satu kain batik dalam setengah hari sampai satu hari.
“Setengah hari selesai, untuk kelompok ada 6 orang,” katanya.
Untuk jenis motif batik yang saya ini dikerjakan yakni motif batik Kalimantan, untuk prosesnya sendiri tidak sulit namun saat mengerjakan batik tidak boleh ada jeda, misalnya diteruskan hari berikutnya.
Sementara itu, M Ghazali salah satu pembuat mebel mengaku terus mendapatkan pengalaman di Lapas untuk membuat mebel dari bahan resin.
Ia menjelaskan, untuk mebel dari bahan resin baru pertama dilakukan, Ia juga mengaku memanfaatkan komputer di Lapas untuk belajar.
“Baru pengalaman pertama di Lapas, bahan resin sendiri mahal satu meja menghabiskan sekitar 5 liter resin,” katanya.
Satu meja dengan bahan resin dikerjakan selama satu Minggu, untuk motifnya sendiri abstrak dan rencana akan terus belajar untuk membuat motif.
Tidak hanya berbahan resin, sebelumnya bersama anggota kelompok sudah banyak mebel yang dihasilkan seperti meja, kursi, kemudian handicraft. (Ary/Iik)
Discussion about this post