TANA TIDUNG,- Desa Wisata Mangkaban di Desa Sebawang, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) masuk dalam nominasi 50 besar dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk kategori Rintisan. ADWI ini sendiri sudah dilaksanakan selama 3 tahun.
Pada tahun 2021 telah diikuti oleh 1.831 desa wisata. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2022 dengan total peserta 3.419 desa wisata. Pada tahun 2023 telah mencapai angka yang mengesankan, yaitu 4.573 desa wisata. Hingga saat ini sudah ada 175 desa wisata terbaik yang telah mendapatkan penghargaan.
Tahun 2024 ini, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kembali diselenggarakan dengan mengangkat tema “Desa Wisata Menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia”. Ini bukan hanya sebuah tema, tetapi sebuah visi untuk masa depan pariwisata di Indonesia.
Salah seorang dewan juri ADWI 2024, Joko Winarno dalam kunjungannya melakukan visitasi ADWI 2024 di Tana Tidung, Selasa (10/9/2024) menyebutkan ada 6.016 desa yang mendaftar mengikuti kompetisi ini melalui aplikasi Jadesta (Jejaring Desa Wisata) hingga mengerucut menjadi 50 besar.
Ada 5 kategori yang menjadi, daya tarik wisata diantaranya budaya, alam dan buatan, lalu tentang amenitas terkait dengan homestay, resto, cafe. Kemudian digital, terkait dengan marketing apakah melalui instragram, facebook, atau tiktok. Selanjutnya kelembagaan dan SDM.
“Apakah sudah mumpuni SDM, kelembagaan yang dibuktikan dengan SK. Dan terakhir ketegori baru yakni resiliensi, terkait penangan bagaimana setelah meninggalkan tempat wisata tidak meninggalkan sampah, jadi perlu penanganan khusus sampah. Lalu tanggap bencananya, kalau susur sungai bagaimana safety-nya, pemandu yang paham medan juga diperlukan, dan lainnya,” terangnya.
Perwakilan Dewan Juri ADWI, Udi Hartoko mengatakan da tiga kategori untuk ADWI 2024, kategori rintisan, sedang dan mandiri. Desa Wisata Mangkaban masuk kategori rintisan.
“Kalau menurut pandangan kami disini (Desa Wisata Mangkaban) kuat di budaya. Disini masuk kategori Rintisan, jadi cukup baik. Nanti dari Kementrian setelah kami nilai tentunya ada keunggulan dan kekurangannya. Nanti kami catat dan disampaikan ke Kementrian, kemudian ada tim lagi yang akan melakukan pendampingan untuk mendorong melengkapi kekurangannya,” ujarnya.
Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Florida Pardosi, Kemenparekraf, Florida juga mengatakan seluruh desa mengikuti ADWI sesuai kategori yang akan dipertandingkan. Dari 6.000 an Desa yang menjadi peserta kemudian mengerucut menjadi 50 desa.
“Kami tidak intervensi. Ada 13 dewan juri, tidak ada satupun perwakilan Kemenparekraf. Kami sudah dapatkan 50 besar itu dan bersama perwakilan Kementrian dan Dewan Juri untuk melihat apakah yang disampaikan 3 desa itu apakah sama dengan yang disampaikan ke kami,” jelasnya.
Dengan ditetapkannya 50 besar desa ADWI pasti memiliki keunggulan, khusus di Desa Mangkaban diberikan hak pengelolaan 163 hektare perhutanan sosial. Aset ini bisa dimanfaatkan desa untuk bisa naik kelas.
Namun, desa tidak bisa melakukan pengembangan desanya sendiri secara swadaya, melainkan harus butuh dukungan Dinas Pariwisata di pemerintahan provinsi maupun daerahnya. Sekaligus melibatkan semua pihak termasuk mitra untuk membentuk forum komunikasi sebagai mitra strategi.
“Butuh dukungan Forkopimda dan instansi terkait lainnya untuk pengembangan desa wisata di daerahnya. Pesan khusus dari Menteri Parekraf, harus sesuai tema tahun ini,” tegasnya.
Staf Khusus Bidang Akuntabilitas, Pengawasan dan Reformasi Birokrasi Kemenparekraf, Irjen Pol Krisnadi menambahkan, setelah terpilih menjadi 50 besar maka harus bisa melihat tempat lain yang bisa menjadi contoh. Salah satunya Bali, perlu study untuk melihat apa yang bisa ditiru di Bali untuk diterapkan di Tana Tidung.
“Kementrian Pariwisata itu sama sekali tidak intervensi 50 desa yang terpilih, tetapi yang menilai itu Juri. Ada spesifikasi disetiap daerah. Kalau ditanya Pak Menteri, Desa Sebawang ini Wow Luar Biasa,” tuturnya.(**)