TARAKAN – Gubernur Kalimantan Utara Dr. (H.C). Zainal Arifin Paliwang, M.Hum akan memberlakukan kebijakan syarat tes urine bagi pelajar SMP yang akan masuk ke jenjang SMA/SMK Sederajat.
“Lulus SMP masuk SMA/SMK, kita bekerjasama BNNP Kaltara akan melakukan tes urine terhadap calon generasi emas supaya mendapatkan sertifikat bebas narkoba dari BNNP Kaltara,” tegas Gubernur usai memperingati Hari Anti Narkotika Nasional (HANI) 2024 di Kota Tarakan, Rabu (26/4/2024).
Gubernur mengungkapkan bahwa ini adalah upaya Pemerintah Provinsi dalam menyiapkan generasi emas Kaltara menyongsong Indonesia emas 2045.

“Ini salah satu usaha kita agar anak-anak terhindar dan bisa menjauhi, jangan coba-coba narkotika. Jadi diberlakukan untuk anak-anak yang akan masuk ke SMA,” jelasnya.

Baca Juga : Narkoba Masih Jadi Atensi Serius Pemerintah
Realisasinya sendiri rencananya akan diberlakukan mulai tahun 2024 dan uji coba akan disegerakan
“Skemanya bekerja sama dengan BNNP. Yang pastinya tes urine. Kalau kedapatan bisa dilakukan pembinaan. Dan dirahasiakan, direhabilitasi juga. Dari pada terlanjur terus menggunakan, mereka adalah korban dari bandar narkoba,” bebernya.
Baca Juga :HANI 2024, Berantas Narkoba Melalui Kolaborasi Pencegahan dan Matikan Permintaan
Ia juga di kesempatan itu menyampaikan semisal mendapat informasi, bukan saja menjadi tugas BNNP Kaltara tapi menjadi tugas semua unsur bersama.
“Semua kita harus bergerak melawan narkoba, Kaltara bebas narkoba,” jelasnya.
Kepala BNNP Kaltara, Brigjen Pol Hisar Siallagan bahwa untuk mekanisme skema berkaitan persyaratan tes urine bagi lulusan SMP yang akan masuk ke SMA akan dibahas lebih lanjut. Salah satunya harus ada dibuat aturan dalam bentuk Pergub. .
“Pasti akan keluar pergub. Nantinya sebelum pergub ada kaidah aturannya, di bicarakan di Disdik misalnya dan bagian hukum. Namun ini bisa disampaikan kepada masyarakat supaya jadi warning, agar yang mau coba-coba jauhi, yang sudah pakai jauhi,” tegasnya.
Karena lanjutnya jika sampai ketahuan, cita-cita siswa tentu tidak bisa tercapai.
“Apalagi memimpikan bisa masuk ke sekolah yang diinginkan tidak bisa,” pungkasnya. (*)