TARAKAN – Sejak diberlakukan screening kesehatan dan karantina kesehatan bagi penumpang tujuan Tarakan di Bandara Internasional Juwata Tarakan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan buka dapur umum.
Dapur umum dibuka sejak tanggal 20 April 2020, berdasarkan kebijakan Walikota melakukan karantina seluruh siapa saja yang datang dari luar naik pesawat masuk ke Tarakan.

“Jadi awal itu bahkan sampai ratusan, 400-an orang kita karantina bahkan harus membuka dapur umum untuk mereka,” jelas Mariyam, Kadinsos dan Pemberdayaan Perempuan, Senin (27/4/2020).
Mariyam menerangkan, begitu turun hari pertama dan kedua banyak sekali penumpang dan harus dikaratina di SMP N 1 dan SMP N 2 Tarakan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
“Tapi ada juga beberapa yang oleh keluarga dijemput kemduian karantina mandiri, bahkan ada yang transit, misal ada mereka yang lanjut ke Nunukan, Bulungan, Mainau dan seterusnya,” ungkapnya.
Secara bertahap pelan-pelan jumlah penumpang yang dikarantina sudah mulai berkurang, jadi dengan diberlakukan PSBB di kota Tarakan dan pesawat tidak ada yang mendarat, yang tinggal sekarang saja menunggu berakhir 14 hari masa karantina.
“Tersisa di SMP N 1 itu ada 28 orang, SMP N 2 ada 34 orang , yang di SMP 1 itu perempuan semua, di SMP 2 laki-laki,” tuturnya.
Sementara kebutuhan makan apa lagi buka puasa dan sahur dipasok dari dapur umum dinas sosial.
“Kalau kita memasak sesuai dengan jumlah yang ada termasuk keamanan aparat gabungan, ada dari TNI/Polri ada Satpol PP, BPBD dan tengah relawan untuk membantu distribusi konsumsi yang kita masak,” jelas Mariyam.
Sementara bahan makanan ada sumbangan dari paguyuban, perusahaan, dan masyarakat turut membantu yang terpusat di BPBD Tarakan.
“Apapun kebutuhan yang akan kita masak itu tinggal minta dari BPBD, ada catatan misal hari ini menunya sayur, ikan, ikan goreng, ada sambal, ada takjil misal ada kurma kue-kue, BPBD antar kesini, kami mengemas mengolah dan membagikan,” sambungnya.
Selama bulan puasa kegaiatan memasak dimulai siang hari untuk buka puasa, sementara yang tidak puasa mungkin 11 orang, dibelikan nasi bungkus untuk makan siang.
“Yang jelas 100 bungkus tiap hari termasuk keamanan yang menjaga dilokasi, termasuk Balita kurang lebih 4 yang ikut dikarantina bersama keluarganya,” bebernya. (wic/iik)