TARAKAN – Momen hari raya Idul Adha atau hari raya kurban setiap tahunya selalu dinanti masyarakat muslim bahkan peternak atau pedagang hewan kurban.
Banyaknya hewan kurban sapi dari luar daerah yang masuk ke Kota Tarakan membuat peternak lokal tidak mampu bersaing.
Peternak sapi lokal, Makmur mengatakan, peternak lokal saat ini banyak yang mengeluhkan banyaknya sapi dari luar daerah sehingga mereka tidak mampu bersaing khususnya harga jual hewan kurban.

“Beberapa teman pemelihara sapi lokal ada keluh kesah, khususnya harga jual sendiri, sapi lokal saya pasarkan murni apa adanya, terus tiba-tiba sapi dari luar didatangkan, kalah kami,” katanya.



Makmur mengungkapkan, Ia pelihara semua sapi lokal pelihara sendiri, ada yang dipelihara 3 tahun, ada umur 4 tahun, karena dipelihara dan dibesarkan dari kecil umur 1 tahun.
“Harga bervariasi, tergantung dari pembeli karena sifatnya hewan kurban, karena ini hari raya Idul Adha, nuasanya bisnis ada, nuasa religi juga ada, jadi misalkan jika ada orang kurang-kurang Rp 500 ribu atau Rp 1 juta kita legowo,” ungkapnya.

Harga sapi lokal terendah ada yang Rp 13 juta sampai Rp 15 juta, harga paling tinggi Rp 35 juta semua harga bervariasi tergantung masing-masing peternak.
“Gmuknya Insya Allah sapi saya gemuk alami, saya kasih pakan rumput gajah, bukan gemuk gelondongan, sapi kami benar lokal kami pelihara secara alami,” bebernya.
Peternak lokal memelihara sapi dengan cost yang cukup tinggi, salah satu memberikan gaji kepada pencari pakan, jika dibandingkan dengan sapi yang datang sapi lokal kalah harga.
“Setiap hari raya kurban selalu banyak sapi yang datang ke Tarakan dari luar daerah , jumlahnya ratusan ekor, tolong pemerintah daerah memikirkan inj, punya perhatian kepada peternak lokal,” pintanya.
Jika dihitung sapi lokal di Tarakan yang siap potong jumlahnya ada ratusan, peternak Makmur sendiri menyiapkan 20 ekor sapi siap potong dari 20 ekor baru tiga ekor yang sudah laku. (wic/Iik)