TARAKAN – Tingkatkan sinergitas dengan awak media, Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan menggelar Coffee Morning dan silaturahmi dengan jurnalis di Kaltara, di Kantor BKP Tarakan wilayah Bandara, Jalan Mulawarman, Jumat (9/4/2021).
Kegiatan dihadiri langsung kepala BKP Tarakan, Akhmad Alfaraby serta jurnalis baik media cetak, elektronik dan online, kegiatan digelar santai dengan penuh keakraban namun tetap mengikuti protokol kesehatan.
Selain silaturahmi, kegiatan bersama awak media ini juga dirangkai dengan sosialisasi kewaspadaan terhadap bahaya virus African Swine fever (ASF) atau demam Babi Afrika pad Babi dan produknya di Kaltara.
Akhmad Alfaraby menjelaskan, pada Februari 2021 ASF dilaporkan telah menyerang 3 distrik
berbeda di Sabah, Malaysia yaitu, Pitas (Kudat), Beluran (Sandakan) dan Kota Marudu (Kudat).
“Kami menilai teman media adalah garda terdepan untuk menyampaikan informasi ini kepada masyarakat. Penyakit ini sudah ada ditemukan di Sabah terakhir di Tawau. Maka Itu harus kita antisipasi jangan sampai masuk ke Indonesia khususnya Kaltara,” jelasnya.
Akhmad Alfaraby mengungkapkan, walaupun populasi Babi di Kaltara tidak terlalu banyak, jangan sampai penyakit ini masuk ke wilayah Kaltara dan merugikan peternakan Babi di Kaltara.
“Kematian Babi akibat ASF mencapai 100 persen sangat berbahaya, Babi bisa mati secara keseluruhan dalam waktu yang sangat singkat dan nilai kerugianya sangat besar,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, penyakit ini pernah terjadi di Sumatera Utara dan beberapa daerah di Indonesia, dan tingkat kematian Babi cukup besar.
“Diharapkan jangan terjadi Kaltara, khususkan di daerah perbatasan perlu diwaspadai,” katanya.
Meski tidak menjangkit manusia, namun manusia bisa menjadi pembawa, maka BKP Tarakan mengimbau kepada masyarakat untuk melaporkan setiap komoditas tumbuhan maupun hewan sebelum di lalulintaskan.
Perlu diketahui, salah satu ciri-ciri ASF pada Babi yaitu, demam tinggi, kehilangan nafsu makan, muntah, diare, pendarahan pada kulit dan organ, perubahan warna kulit menjadi ungu, abortus pada babi bunting, ada juga yang menunjukan radang sendi dan akhirnya mati. (wic/Iik)