TANA TIDUNG -Â Nelayan di Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung (KTT) mengeluh akibat kondisi cuaca yang tidak menentu beberapa Minggu terakhir ini.
Akibatnya banyak nelayan yang tidak pergi melaut dan memilih di rumah, karena selain hujan deras yang hampir turun setiap hari, gelombang di laut juga cukup tinggi dan tentunya berbahaya bagi keselamatan nelayan.

Dampaknya pasokan ikan di pasar turun, dan pendapatan nelayan juga menurun siginifikan.
Salah satu pedagang ikan kaki lima di sekitaran bantaran sungai kecamatan Sesayap misalnya, terjadi penurunan aktivitas pelelangan ikan, karena hasil tangkapan para nelayan yang sedikit menurun.
“Dalam beberapa hari ini memang cuaca sedikit tidak bersahabat ombak dan curah hujan yang tinggi ketika sore hingga malam hari membuat kami para nelayan ini tidak bisa pergi melaut, karena resiko terlalu besar,” kata Amir, salah seorang nelayan di wilayah kecamatan Sesayap, Minggu (11/4/2021)
Menurutnya, penghasilan melaut per hari yang dia terima rata-rata Rp 750 ribu. Namun, pada saat cuaca seperti sekarang ini, ia hanya memperoleh sekitar Rp100 ribu setiap kali melaut kalau dihitung tidak mencukupi biaya hidup.
Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Sesayap Hilir. Akibat cuaca beberapa hari ini yang tak menentu dengan gelombang dan angin kencang, beberapa nelayan yang ada di Kecamatan Sesayap Hilir sejak beberapa hari terakhir tidak berani melaut.
Para nelayan lebih memilih untuk menepikan perahunya di batang sambil memperbaiki perahunya. Padahal musim banyak ikan hanya tinggal sepekan kedepan.
“Ya kalau beberapa hari ini, ombak dan angin ditambah dengan hujan deras membuat kami para nelayan di sini tidak berani melaut. Jadi terpaksa kami harus diam dari pada melaut takut kenapa-napa kan,” ungkap Heri (39), salah seorang nelayan setempat.
Berbeda dangan fazrin (35) warga Tideng Pale dirinya mengakui sejak wabah virus Corona hasil tangkapan ikan nya kurang peminat, salah satu ikan jenis ote dan baung yang biasanya laku dan dibeli warga, kini sudah jarang pembeli, daya beli jauh berkurang sejak setahun ini.
“Kalau sebelum Corona banyak warga senang makan ikan ote dan baung, tapi sekarang kurang pembelinya. Orang malah lebih senang diam di rumah dan pesan online dari pada harus jalan mencari ikan lagi, jadi pendapatan saya berkurang selama Corona ini,” akunya.
Diakuinya, kalau dulu warga yang hobi makan ikan ote setelah hasil tangkapan saya bawa naik warga langsung berbondong memilih, kemungkinan saat ini sedang jaga jarak sehingga aktifitas memilih yang membuat berkumpul dihindari warga.
“Kalau dulu kalau sudah ikan saya bawa naik, sudah banyak warga nunggu, sekarang dengan diteterapkanya phisical distancing maka warga enggan berkumpul. Inilah yang membuat pendapatan saya menurun, kalau biasanya saya bisa mendaptkan Rp300 ratus ribu, sekarang Rp150 ribu pun itu sudah susah sekarang,” kisahnya.
Kepala BPBD Tana Tidung, RA Darwis mengatakan, memang dalam beberapa hari ini ombak sangat besar maka dari itu kalau bisa para nelayan jangan melaut dulu. Darwis mengimbau kepada masyarakat Tana Tidung agar berhati hati.
“Inikan musim gelombang bukan hanya nelayan aja yang harus berhati-hati tapi juga para motoris Speedboat juga harus berhati-hati kalau bisa para penunpang harus menggunakan Life Jaket untuk menjaga keselamatan”, pungkasnya.
BPBD juga sudah meminta Dishub KTT memantau dan mendata setiap Speedboat baik dari manifes dan juga kelayakan armada sehingga nantinya bisa memberikan kenyamanan dan tentunya keselamatan bagi para penumpang. (her/Iik)