TANA TIDUNG – Sambut bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah, warga Jawa yang ada di Kabupaten Tana Tidung, mengadakan doa bersama dan Tradisi Megengan, di Masjid Baiturrahim, Desa Maning, Kamis (31/3/2022).
Yoyok advianto warga Desa Maning mengatakan, Megengan merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadhan.
“Tradisi tersebut kerap disebut ritual mapag atau menjemput awal puasa. Megengan biasanya dilakukan pada minggu terakhir bulan Sya’ban menjelang bulan Ramadhan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ia mengatakan Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan, yang dimaksudkan menahan diri dari sekarang, untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Sementara itu salah satu sesepuh jawa yang ada di Kabupaten Tana Tidung, Sugeng Haryono mengatakan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendoakan, serta memohon ampun pada Tuhan atas dosa mereka, atau mengingatkan diri sendiri bahwa lewat mereka kita ada di dunia ini.
“Biasanya, acara Megengan ditandai dengan selamatan yang diadakan di masjid, mushola atau langgar wilayah setempat. Pada selamatan tersebut, terdapat berbagai menu makanan dan jajanan digabung menjadi satu, kemudian dipimpin pemuka agama, lalu didoakan untuk keselamatan serta kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa,” ucapnya.
Acara diawali doa bersama, dilanjutkan Tausiah dan terakhir makan bersama. Dalam acara megengan tersebut ada yang terlihat unik dan menarik berbagai macam buah yang disusun dan membentuk tumpeng atau yang disebut gunungan buah.
Megengan juga sarat akan makna. Ada nilai yang bisa dipetik dari bebasnya orang mengambil nasi selamatan milik orang lain. Seperti halnya setiap umat Islam adalah sama dan punya hak untuk mengambil rezekinya.
Di saat nasi selamatan itu dikumpulkan menjadi satu, memberikan filosofi bahwa rezeki itu milik siapa saja, setiap orang yang hadir bisa mengambil nasi selamatan yang diinginkannya.
“Bila kamu memberikan nasi selamatan yang terbaik, maka Tuhan Yang Maha Esa pun akan memberikan rezeki yang baik pula,” pungkasnya. (her/Iik)