Balikpapan, – Wujud kepedulian terhadap lingkungan serta bentuk nyata kolaborasi dalam menjaga kawasan mangrove tetap bersih dan lestari, Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 kali ini digelar dengan aksi bersih kawasan mangrove digelar di Margomulyo, Balikpapan, Kamis (27/2/2025).
Dalam aksi ini, melibatkan berbagai pihak termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan, DLH Provinsi Kalimantan Timur, serta komunitas dan masyarakat setempat. Aksi bersih mangrove ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan serta bersama-sama menciptakan kawasan yang bersih, indah, dan berkelanjutan.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, Fitri Harwati menuturkan aksi ini digelar untuk menumbuhkan kesadaran bersama menjaga kebersihan kawasan mangrove.
“Menjaga kebersihan kawasan mangrove adalah tanggung jawab kita semua. Sampah yang ada di perairan ini bukan hanya berasal dari sekitar, tetapi juga terbawa arus laut dari tempat lain,” ujarnya.
Fitri menambahkan, dari aksi bersih yang dilakukan ternyata ditemukan sebagian besar sampah yang mengotori kawasan mangrove diantaranya sampah anorganik, terutama plastik.
Diakuinya, meski DLH Balikpapan telah memiliki program pembersihan harian, kondisi ini menunjukkan perlunya perbaikan dalam pola pengelolaan sampah. Termasuk peningkatan pengawasan terhadap pelaku usaha yang berkontribusi dalam produksi sampah.
Sedangkan menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024, komposisi sampah di Balikpapan didominasi oleh sisa makanan sebanyak 42,3 persen. Kemudian, diikuti plastik 7,2 persen dan kertas atau karton 10,26 persen. Sedangkan sumber utama sampah di kota ini berasal dari rumah tangga yang mencapai 70,32 persen dari total produksi sampah.
Dalam acara tersebut, juga disampaikan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar diperkirakan akan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2029. Sehingga, diperlukan berbagai langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ini.
Termasuk penyusunan roadmap percepatan penyelesaian pengelolaan sampah yang harus disusun oleh setiap daerah paling lambat 13 Maret 2024.
Fitri Harwati pun menyoroti pergeseran fokus dari ekonomi hijau (green economy) menuju ekonomi biru (blue economy). Menuju ekonomi biru dan edukasi lingkungan, ia menekankan pengelolaan laut dan sumber daya pesisir, termasuk ekosistem mangrove.
“Ekonomi biru menuntut kita untuk mengelola laut dengan lebih baik, dan mangrove adalah bagian penting dari ekosistem ini. Kita perlu menjaga keberlanjutannya untuk mendukung lingkungan dan ekonomi masyarakat sekitar,” lanjutnya.
Menurutnya, selain aksi bersih, kegiatan ini juga menjadi ajang edukasi bagi masyarakat dan pelajar yang hadir. Diantaranya, edukasi lingkungan bukan hanya tanggung jawab DLH, tetapi harus melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Termasuk Dinas Kesehatan (Dinkes) yang memiliki program Kota Sehat. Kan aspek lingkungan seperti kualitas air, udara, dan pengelolaan sampah menjadi salah satu kriteria dalam Program Kota Sehat,†tegasnya. (*)
Discussion about this post