TARAKAN – Para Pengemudi Ojek Online (Ojol) di Kota Tarakan menyampaikan keluhan mereka terkait dugaan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) yang buruk dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Kantor DPRD Kota Tarakan, Sabtu (19/4/25).
Rapat yang dihadiri perwakilan Pertamina, Ombudsman, dan Pemerintah Kota Tarakan ini menjadi wadah bagi para ojol untuk mencurahkan dampak negatif BBM yang diduga tidak berkualitas terhadap mata pencaharian mereka.
Jabir, salah satu perwakilan ojol, mengungkapkan pengalamannya dan rekan-rekannya yang mendapati motor mereka brebet setelah mengisi BBM di SPBU.
“Kami dari ojol, terutama saya sendiri, mengalami motor brebet baru seminggu kemarin. Padahal motor saya ini injeksi. Beberapa hari kemudian, brebet lagi. Kami sebagai ojol sangat membutuhkan tenaga motor untuk bekerja, malu juga kalau narik penumpang tapi motornya malah bermasalah,” ujarnya dengan nada prihatin.
Lebih lanjut, Jabir merinci kerugian yang dialami. “Saya sudah mengeluarkan biaya Rp 520 ribu karena motor brebet lagi.”
Ia juga menyoroti beban biaya operasional yang semakin berat. “Kami disarankan untuk selalu memakai Pertamax, tapi terus terang kami tidak sanggup. Penghasilan ojol sehari antara Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, kalau Rp 80 ribu habis buat Pertamax, kami tidak makan,” ujarnya.
Ia menambahkan dengan membeli Pertalite sekitar Rp 50 ribu dapat satu sampai dua tangki, bisa dapat Rp 200 ribu penghasilan.
“Banyak teman-teman ojol juga mengalami hal yang sama. Motor tidak bisa digas, loyo, tidak ada tenaga habis isi Pertalite,” jelasnya.
Para ojol berharap Pertamina segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini. “Kami para ojol sangat berharap Pertamina mengambil langkah konkret. Kalau bisa, ada bengkel khusus untuk keluhan para ojol dan masyarakat umum terkait masalah BBM ini. Persoalannya jelas dari BBM,” tegas Jabir.
Mereka mendesak Pertamina untuk bertanggung jawab atas kerugian yang dialami akibat dugaan kualitas BBM yang tidak sesuai standar.
Menanggapi keluhan para ojol, Ketua Komisi I DPRD Kota Tarakan, Adyansa, mendukung tuntutan tersebut dan mendesak Pertamina untuk segera bertindak.
Salah satu usulan konkret yang disampaikan adalah pembukaan bengkel uji gratis di empat kecamatan di Tarakan sebagai langkah awal penanganan dampak buruk kualitas BBM ini.
Langkah ini diharapkan dapat meringankan beban para ojol dan masyarakat umum yang kendaraannya mengalami masalah.
“Para ojol berharap suara mereka didengar dan Pertamina segera memberikan solusi yang konkret dan bertanggung jawab atas permasalahan ini, mengingat motor adalah aset utama mereka untuk mencari nafkah,” tutupnya.(**)