TARAKAN, – Sebagai ungkapan keprihatinan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltara ikut serta dalam aksi damai membela Palestina yang digelar dengan berjalan kaki dari titik kumpul Bandara Juwata Tarakan ke simpang empat GTM, Minggu (27/4/2025).
Wakil Ketua, Salapa Hepa juga mengatakan aksi yang dilakukan merupakan ungkapan atau rasa kemanusiaan, melihat kejadian yang di Jalur Gaza sebagai pembantaian. Menurutnya, ini merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa.
“Ini ulah Zionis Israel yang sama sekali tidak punya prikemanusiaan. Nah kita sebagai masyarakat, bukan karena kita muslim tetapi yang ikut dalam aksi ini ada yang bukan muslim tetapi ikut sebagai ungkapan rasa kemanusiaan yang begitu tinggi,†tuturnya.
Terutama ketika menyaksikan kejadian pembantaian yang terjadi dari detik ke menit, jam ke hari di Palestine ini. Ia pun menilai muslim menganggap para korban di Palestina ini adalah syahid.
Meski ia mengakui, jika berbicara tentang pembantaian yang dilakukan benar-benar tidak berperikemanusiaan sama sekali. Melalui aksi yang dilakuan ini, bisa dikatakan pihaknya juga turut melakukan mendukung kemanusiaan.
“Sekaligus sebagai ungkapan dukungan kepada saudara-saudara kita Palestina. Apalagi, jika melihat sejarah ketika pertama kali Indonesia ini mengumandangkan proklamasi kemerdekaan kepada masyarakat dunia, Palestine yang pertama mengakui dan itu luar biasa,†bebernya.
Melihat kondisi di Palestina yang saat ini sangat menyeramkan dan menyedihkan, atas nama MUI Kaltara juga dari Forum Kerukunan Umat Beragama menurutnya ini peristiwa jalur gaza ini bukan persoalan umat islam dan muslim, tetapi murni masalah kemanusiaan.
“Kalau kita mau lihat video yang terjadi di Palestina, kadang kita menjawabnya dengan air mata,†imbuhnya.
Selain itu, menanggapi keinginan Presiden Prabowo Subianto untuk membawa warga Palestina ke Indonesia, sebagai langkah perlindungan umat muslim di negara Islam tersebut menurutnya bukan merupakan solusi.
“Saya kira itu bukan solusi, kalau dipindahkan berarti dengan leluasa Israel dengan teman – temanya akan masuk ke Gaza Palestina. Jangan lupa semua umat beragama di dunia ini mengakui kehadiran nabi-nabi sebelumnya lahir di Palestina, hampir semua kecuali Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi terakhir ini lahir di Arab Saudi,†tuturnya.
Ia menegaskan, MUI di daerah mendukung penolakan pemindahan warga Gaza ke Indonesia. Seandainya respon pusat mendukung maka banyak daerah yang menolak. Meski ia mengakui, negara timur tengah tidak memungkinkan dari segi politik maupun pendanaan untuk membantu Palestina, Indonesia yang paling banyak membantu dari segi logistik.
“Saya kira sejalan dengan yang sudah disampaikan, memindahkan bukan hanya di Indonesia tapi dimanapun negara maka MUI akan menolak. Masyarakat Gaza harus di Gaza, kenapa sampai hari ini negara Islam khususnya di Jazirah Arab itu belum bergerak dan bersatu,†tandasnya.
Sementara, menurutnya negara timur tengah merupakan daerah yang kaya dan memiliki pendapatan cukup besar jika bersatu untuk membela Palestina.
“Mereka kalau berbicara soal dana kan luar biasa, bukan negara miskin tetapi ada fraksi dan kelompok yang tidak memungkinkan mereka untuk bersatu,†tegasnya. (ar/iik)