TARAKAN – Memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Srikandi Pemuda Pancasila Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar dialog inspiratif di Effect Cafe, Selumit, Kota Tarakan, Minggu (1/6/25).
Acara bertema “Menggali Peran Perempuan dalam Nilai-nilai Pancasila” ini menghadirkan dua narasumber berkompeten yaitu Kepala Ombudsman RI Provinsi Kaltara, Maria Ulfah, S.E., M.Si, dan Akademisi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dr. Ismit Mado.
Dialog ini menyoroti peran sentral perempuan dalam menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di berbagai lini kehidupan.

Dalam paparannya Dr. Ismit Mado mengemukakan perspektif unik tentang kekuatan perempuan. Mengutip pemikiran Rocky Gerung, ia membedakan antara “kepedihan” (grief) dan “kesedihan” (sadness).
“Perempuan memang tidak kuat menanggung kesedihan, sedikit saja tersentuh, ia pasti menangis. Seperti kata Bob Marley, ‘No Woman No Cry,’ tidak ada perempuan tanpa air mata,” ujar Ismit.
Namun, lanjutnya, perempuan memiliki kemampuan luar biasa untuk menanggung kepedihan. “Tidak ada istilah Bapak Pertiwi, yang ada adalah Ibu Pertiwi,” tegas Ismit.
Ia mengilustrasikan negara sebagai sebuah tanah tempat kita berpijak, yang melahirkan sebuah negara – dan tanah itu adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa peran perempuan bukan hanya peran bersama, melainkan juga peran khusus yang akan membawa kehidupan keluarga, sosial masyarakat, dan bernegara menjadi lebih baik.
Ismit juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki dua peringatan penting terkait Pancasila yaitu Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, dan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober.
“Pancasila dikatakan Sakti karena ia pernah diuji dan ingin diganti sebagai dasar negara, namun tetap kokoh,” jelasnya.
Diskusi ini kata Ismit, diharapkan dapat lebih menghidupkan pemahaman tentang bagaimana perempuan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang lahir dari adat istiadat, budaya dana sejarah bangsa.

Sedangkan Kepala Ombudsman RI Provinsi Kaltara Maria Ulfah menyoroti pentingnya integritas dalam ber-Pancasila. “Jangan hanya menarasikan ‘Aku Pancasila’ tapi perilakunya korupsi atau tidak mencerminkan nilai-nilai positif,” tegas Maria.
Ia menekankan bahwa kunci kehidupan keluarga, sosial, masyarakat, dan bernegara dimulai dari pembinaan keluarga yang baik.
Maria juga mengingatkan peran masyarakat sebagai pengawas eksternal layanan publik, sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ia mengajak Srikandi Pemuda Pancasila untuk aktif melaporkan jika ada layanan yang tidak sesuai.
“Lakukan komplain dulu ke instansi terkait, karena setiap penyelenggara layanan publik wajib memiliki unit pengelolaan pengaduan pelayanan publik,” imbuhnya seraya memberikan nomor pengaduan Ombudsman RI Kaltara: 0811-274-3737.
Terkait implementasi nilai-nilai Pancasila di rumah, Maria mengingatkan bahwa perubahan harus dimulai dari hal-hal kecil dan positif dari diri sendiri. “Memang tidak mudah, tapi kita harus memulai dari diri kita dan cara pandang kita,” ujarnya.
Ia mengajak Srikandi Pemuda Pancasila untuk menjadikan sentimen negatif terhadap organisasi sebagai tantangan, bukan masalah. “Lakukan hal-hal baik, mulai dari yang kecil, dari diri sendiri dan lingkungan terdekat kita,” pesannya.

Sementara itu, Ketua DPW Srikandi Pemuda Pancasila Provinsi Kaltara, Lili Suryani, S.E., M.M., menyoroti tantangan perempuan saat ini, termasuk maraknya pelecehan anak yang dilakukan oleh orang terdekat. “Bagaimana kita filter, saring, dan jaga ini? Dimulai dari kita perempuan,” tegas Lili.
Lili juga mengajak seluruh anggota Srikandi Pemuda Pancasila untuk bersama-sama memerangi narkoba, yang dinilai sangat mengkhawatirkan di Kaltara dan merusak generasi muda. “Ini semua bukan hanya untuk kita, tetapi buat anak-anak kita, karena narkoba merusak generasi muda,” katanya.
Terkait kekerasan terhadap anak dan perempuan, Lili menekankan pentingnya peningkatan UMKM. “Kalau kita mandiri, itu jarang rentan terhadap kekerasan,” ujarnya.
Ia menyoroti fenomena judi online yang bisa memicu emosi dan kekerasan dalam rumah tangga. “Kadang kita senang suami kita di rumah, tapi ternyata lain juga yang dia kerja yaitu judi online dan pada akhirnya terjerat, jadinya emosi,” imbuhnya.
Lili berharap melalui Srikandi Pemuda Pancasila dan momentum Hari Lahir Pancasila ini, nilai-nilai Pancasila dapat ditumbuhkan dalam keluarga.
“Apa yang disampaikan Ibu Maria dan Bapak Dr. Ismit sangat mudah, tinggal bagaimana kita implementasikan,” kata Lili.
Ia mencontohkan nilai kemanusiaan, seperti mengajarkan anak salat, namun orang tua juga harus shalat.
“Sebagai anak, itu yang perlu saat ini menjadi perhatian. Maka dari itu, ayo kita sama-sama perempuan Srikandi, kita bergerak untuk mendukung pemerintah dengan program-program kita,” seru Lili penuh semangat.
“Jangan takut untuk berbuat, jangan takut melangkah jika punya niat yang tulus, Insya Allah pasti ada jalannya. Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita bergandengan tangan bersama-sama, maka yang berat itu akan terasa ringan. Yang kecil-kecil saja tapi bermanfaat untuk kita. Untuk itu, mari kita sama-sama membangun Srikandi Pemuda Pancasila Kota Tarakan dan Provinsi Kalimantan Utara,” pesannya.
Lili menyimpulkan, setinggi apapun ilmu dan jabatan kita, pulang ke rumah kita tetaplah seorang ibu dan seorang istri. Ia menekankan bahwa peran fundamental perempuan dalam keluarga adalah kunci utama dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dialog ini menjadi pengingat penting bahwa peran perempuan adalah inti dari pembangunan bangsa yang berlandaskan Pancasila.(**)