BALIKPAPAN – Pemerintah Kota Balikpapan terus berupaya meningkatkan produksi beras lokal untuk mengurangi ketergantungan pada daerah lain.
Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Darmawati, mengatakan ketahanan pangan dengan meningkatkan produksi padi lokal di Balikpapan masih menjadi tantangan karena keterbatasan lahan.

Namun, pemerintah kota telah menemukan solusi dengan membuka kembali lahan sawah lama dan mengoptimalkan lahan bekas sawah yang tidak digunakan.
“Untuk beras, lahan eksisting hanya sekitar 30 hektare. Namun, kami berupaya membuka kembali lahan sawah lama, sebanyak 130 hektare sesuai data dari ATR/BPN,” ujar Darmawati dalam wawancara di Kantor Makodim.
Pembukaan lahan ini dilakukan secara bertahap dengan dukungan dari Kementerian Pertanian, Pemprov Kaltim, dan Pemkot Balikpapan, serta kolaborasi dengan TNI.
“Kami sangat terbantu oleh TNI, bukan hanya membuka lahan, tapi juga mendampingi petani, memastikan ketersediaan saprodi, serta membantu tenaga lapangan,” jelasnya.
Darmawati juga menyinggung alternatif penanaman padi gogo atau padi ladang untuk lahan perkebunan yang produksinya rendah, seperti kebun sawit dan karet.
“Lahan seperti itu bisa diselingi dengan padi gogo, demi menggenjot produksi beras lokal,” imbuhnya.
Meski lahan kelapa sawit di Balikpapan hanya sekitar 70 hektare dan kurang efisien, fokus utama pemerintah adalah optimalisasi lahan bekas sawah yang tidak bertentangan dengan RTRW kota.
“Program kita adalah optimasi lahan, bukan cetak sawah baru. Kita memaksimalkan yang pernah ada,” tutur Darmawati.
Dengan upaya ini, diharapkan produksi beras lokal di Balikpapan dapat meningkat dan mengurangi ketergantungan pada daerah lain. Pemerintah kota juga berharap bahwa dengan meningkatkan produksi beras lokal, dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Balikpapan.
“Kami optimist bantuan dari berbagai pihak, masyarakat maupun para petani bisa memberikan semangat untuk menghadapi tantangan kedepan. Harapan kita, ketahanan pangan tercapai dan petani sejahtera,” pungkasnya. (oc/ar)