BALIKPAPAN – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan menggelar Workshop Pemenuhan Hak Anak dengan tema Mencegah Terjadinya Cyber Crime pada Anak di Kota Balikpapan.
Kegiatan ini yang digelar dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional ini, diikuti ratusan pelajar tingkat SMP dan SMA dari berbagai sekolah di Balikpapan. Tujuannya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak-anak tentang keamanan digital serta melindungi mereka dari potensi risiko di dunia maya.
“Workshop ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Anak Nasional dan wujud nyata komitmen pemerintah kota dalam menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi tumbuh kembang anak, termasuk dalam ranah digital,” ujar Mewakili Kepala DP3AKB Balikpapan, Sekretaris DP3AKB Nursyamsiarni Djufril Larose.
Menurutnya, literasi digital bagi anak-anak sangat penting untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi digital dengan aman dan bijak.
Ia tambahkan, kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas Wali Kota Balikpapan yang menitikberatkan pada perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak.
“Workshop ini adalah bentuk ikhtiar bersama agar anak-anak Balikpapan terlindungi dari ancaman digital yang makin mengkhawatirkan,” ujarnya.
Dalam workshop ini menghadirkan narasumber dari Direktorat Kriminal Khusus Polda Kaltim yang memberikan pemahaman hukum terkait kejahatan siber dan bagaimana upaya penegak hukum menangani kasus yang melibatkan anak-anak.
Selain itu, beberapa psikolog turut dihadirkan untuk membahas dampak psikologis dari cyber crime, seperti trauma akibat perundungan daring (cyber bullying), kecanduan internet, hingga gangguan kepercayaan diri.
Nursyamsiarni menekankan bahwa anak-anak harus menjadi bagian aktif dalam menyuarakan pentingnya perlindungan digital.
“Cyber crime bukan lagi isu orang dewasa. Anak-anak juga sangat rentan menjadi korban,” tegasnya.
Ia katakan, anak-anak perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melindungi diri mereka dari potensi risiko di dunia maya.
Selanjutnya, perwakilan siswa dari 10 sekolah di Balikpapan yang mengikuti kegiatan ini diharapkan menjadi pionir di sekolah mereka masing-masing.
“Peserta dibekali kemampuan untuk melakukan kampanye kecil di lingkungan sekolah, membuat forum diskusi digital, hingga menyusun panduan penggunaan media sosial yang aman untuk anak,” ungkapnya.
Nursyamsiarni juga menyampaikan, untuk mewujudkan ekosistem digital yang aman bagi anak, perlu kolaborasi yang kuat antara orang tua, sekolah, pemerintah, aparat hukum, hingga penyedia platform digital.
“Orang tua perlu memahami apa saja yang diakses anak di dunia maya. Sekolah harus berperan sebagai ruang edukasi yang mendukung,” tandasnya.
Melalui kegiatan ini, DP3AKB Balikpapan berharap kesadaran anak-anak terhadap keamanan digital meningkat. Dan literasi digital bisa tumbuh secara inklusif di setiap lapisan masyarakat.
“Ini baru langkah awal. Ke depan, kami akan menyusun lebih banyak program kolaboratif lintas sektor agar anak-anak Balikpapan bisa tumbuh sebagai generasi cerdas digital,” tegasnyam
Selain itu, pihaknya berencana untuk melanjutkan program ini dengan lebih banyak kegiatan yang melibatkan anak-anak, orang tua, dan sekolah. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak-anak tentang keamanan digital dan mengurangi risiko kejahatan siber.
“Dukungan dari masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ekosistem digital yang aman bagi anak. Orang tua, sekolah, dan masyarakat luas harus bekerja sama untuk melindungi anak-anak dari potensi risiko di dunia maya,” pungkasnya.
Salah satu peserta, Salsabila, siswi kelas 9 dari SMPN 12 Balikpapan, mengaku senang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Ia menyebut baru menyadari kejahatan siber ternyata sangat dekat dan bisa menimpa siapa saja, termasuk anak-anak.
la berkomitmen untuk membagikan materi yang diperoleh kepada teman-temannya di sekolah, terutama dalam bentuk poster dan diskusi di kelas.
“Dulu saya pikir cyber crime itu cuma soal hacker. Ternyata hal-hal seperti chatting sama orang asing, unggah foto pribadi, atau ikut challenge di media sosial juga bisa berbahaya kalau kita nggak hati-hati,” tandasnya. (*)