TANA TIDUNG – Belum genap sepekan menjabat sebagai Komandan Kodim 0914/Tana Tidung, Letkol Arm Raden Florensius Ferdian Richarda langsung berhadapan dengan persoalan serius. Namanya dicatut oleh pihak tak bertanggung jawab untuk menjalankan aksi penipuan dengan modus permintaan uang.
Adapun Letkol Ferdian resmi menggantikan Letkol Inf Abdul Rizka Fitrawan sebagai Komandan Kodim 0914/Tana Tidung. Prosesi serah terima jabatan digelar di Makodim pada Jumat, 11 Juli 2025.

Letkol Ferdian pun mengungkapkan kasus pencatutan nama ini diketahui setelah oknum tersebutmenghubungi sejumlah instansi dan individu, lalu mengatasnamakan Dandim untuk meminta bantuan berupa dana.
Aksi ini bahkan telah menjerat korban yang sempat mentransfer sejumlah uang ke rekening yang dipakai pelaku.
“Sudah ada pihak yang menjadi korban. Setelah ditelusuri, rekening penipu itu berada di Bandung. Saya langsung perintahkan anggota untuk mendalami kasus ini dan mencari identitas pelaku,” tegas Letkol Ferdian saat dikonfirmasi, Kamis (24/7/2025).
Ia menambahkan, pencatutan nama seperti ini bukan fenomena baru, melainkan pola yang kerap muncul saat terjadi pergantian pejabat, tidak hanya di lingkungan militer tetapi juga di lembaga pemerintahan lainnya.
Letkol Ferdian pun mengingat kembali pengalaman serupa di masa lalu. Kala itu, ia sempat dihubungi oleh seseorang yang mencatut nama atasannya saat baru saja terjadi pergantian komando.
“Waktu itu saya hanya sebagai staf. Saya hampir tertipu, tapi untungnya cepat menyadari. Sekarang saya justru yang dicatut, dan baru saya ketahui setelah ada pihak Pemda dan DPRD yang menghubungi saya untuk konfirmasi,” ungkapnya.
Untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak, pihak Kodim telah mengedarkan peringatan resmi kepada seluruh jajaran, termasuk mitra pemerintah dan swasta. Ia menegaskan bahwa dirinya hanya menggunakan satu nomor resmi, dan tidak pernah meminta bantuan dalam bentuk apapun melalui pesan pribadi.
“Kalau ada yang mengaku sebagai saya dan meminta uang, abaikan saja. Itu penipuan. Kami sedang upayakan pelacakan lebih lanjut,” ujarnya.
Fenomena ini menjadi peringatan bahwa kejahatan digital terus berevolusi dan menyasar siapa saja, termasuk pejabat militer aktif. Kasus seperti ini juga menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dan verifikasi ulang dalam menerima komunikasi daring. (*/hr)