TARAKAN, Fokusborneo.com – Aksi demo ratusan mahasiswa dari Aliansi Utara di depan Gedung DPRD Kota Tarakan, berlangsung tegang dan berujung pada mosi tidak percaya terhadap wakil rakyat dan aparat kepolisian, Senin (1/9/25).
Kekecewaan memuncak ketika pimpinan DPRD dianggap tak mampu memberikan jawaban memuaskan. Sekitar pukul 20.00 Wita , Aliansi Utara secara resmi mengeluarkan mosi tidak percaya.
Tiga poin utama mosi tersebut menyasar DPRD Tarakan, DPR RI Dapil Kalimantan Utara, dan Polres Tarakan.
Poin pertama, Aliansi Utara menuding wakil rakyat di tingkat kota dan nasional gagal mewakili kepentingan rakyat.
“Mereka cuma hadir secara simbolis, tapi tidak membawa solusi nyata untuk persoalan masyarakat,” tegas salah seorang orator.
Poin kedua, mosi ditujukan kepada Polres Tarakan. Mereka menganggap aparat tidak netral dan justru menghalangi aspirasi.
“Polisi seharusnya menjadi mediator, bukan sibuk menjaga pagar dan membatasi ruang dialog,” ungkapnya.
Poin ketiga, demonstran mendesak agar tiga anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Gerindra, dan Demokrat segera dicopot. Aliansi memberi tenggat waktu 7×24 jam untuk menindaklanjuti desakan ini.
“Jika tidak, kami akan kembali dengan jumlah massa yang lebih besar.” ancam orator tersebut.
Aksi semakin tak terkendali saat malam tiba. Massa membakar ban dan bahkan menggunakan tameng polisi yang berhasil dirampas. Botol-botol plastik bekas minuman juga dilemparkan ke arah aparat. Puncaknya, pagar besi DPRD roboh karena terus didorong.
Meski sempat ada tawaran pertemuan dengan anggota DPR RI Deddy Yevri Hanteru Sitorus, massa tetap menolak membubarkan diri. Menurut mereka, janji pertemuan tak akan cukup.
“Kami butuh komitmen yang nyata, bukan sekadar pertemuan formalitas,” kata salah satu anggota Aliansi.
Pukul 20.30 Wita massa demonstran akhirnya membubarkan diri setelah menyampaikan mosi tidak percaya.(**)
Discussion about this post