BALIKPAPAN, Fokusborneo.com — Pemulihan dan pelestarian ekosistem mangrove di pesisir Balikpapan menjadi salah satu fokus utama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan di tengah pesatnya pembangunan dan tekanan lingkungan yang semakin meningkat.
Afrrizal, Kabid Tata Lingkungan dan Perlindungan SDA DLH Balikpapan, menegaskan pentingnya program rehabilitasi mangrove dalam menjaga keseimbangan ekologis dan kualitas hidup masyarakat pesisir. Pernyataan tersebut disampaikannya saat ditemui pada Jumat (28/11/2025).
Menurut Afrrizal, sebagian besar hutan mangrove di pesisir kota masih dalam kondisi cukup stabil, namun beberapa kawasan memerlukan perhatian serius karena terdampak gelombang, abrasi, penebangan liar, serta aktivitas pembangunan yang tidak terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, DLH menjalankan program rehabilitasi secara bertahap dan terarah, mulai dari identifikasi kawasan kritis hingga penanaman kembali dan pemantauan pertumbuhan bibit.
“Rehabilitasi mangrove ini tidak bisa dilakukan sendiri. DLH menggandeng perusahaan yang berada di wilayah pesisir serta berbagai komunitas masyarakat. Kolaborasi ini penting karena pesisir Balikpapan sangat luas dan membutuhkan dukungan banyak pihak,” jelas Afrrizal.
Beberapa lokasi yang menjadi fokus penanaman kembali adalah Kariangau, Margasari, dan wilayah Teluk Balikpapan. Kegiatan rehabilitasi mencakup pembibitan, penanaman ulang, pemantauan pertumbuhan bibit, serta evaluasi berkala untuk memastikan keberhasilan restorasi.
Afrrizal menambahkan DLH juga melakukan pendataan terhadap jenis mangrove yang ditanam, menyesuaikan dengan kondisi ekosistem dan kemampuan bertahan di lokasi tertentu.
Selain melibatkan perusahaan, DLH aktif melibatkan komunitas masyarakat pesisir, sekolah, dan relawan lingkungan dalam program edukasi dan penanaman mangrove.
Edukasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran warga akan peran penting mangrove sebagai pelindung alami dari abrasi, tsunami, dan gelombang tinggi, tempat berkembang biaknya biota laut, serta sebagai penyaring polusi dan penjaga kualitas udara.
“Kerusakan mangrove tidak hanya menjadi ancaman ekologis, tetapi juga berdampak langsung pada mata pencaharian nelayan dan keseimbangan ekosistem perairan. Itulah mengapa upaya rehabilitasi kami lakukan secara berkelanjutan dan terencana,” tegas Afrrizal.
DLH juga mencatat tren positif dari rehabilitasi mangrove beberapa tahun terakhir. Dengan koordinasi yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, sejumlah titik pesisir mulai menunjukkan peningkatan tutupan vegetasi mangrove.
Hal ini secara langsung membantu menahan gelombang, mengurangi sedimentasi di muara sungai, dan meningkatkan populasi biota laut yang menjadi sumber penghidupan nelayan.
“Kami menekankan rehabilitasi mangrove bukan program sementara. Ini merupakan komitmen jangka panjang pemerintah kota. Setiap bibit yang ditanam adalah investasi bagi masa depan pesisir Balikpapan dan kesejahteraan masyarakatnya,” tambah Afrrizal.
DLH berharap partisipasi aktif masyarakat, dukungan pihak swasta, dan keterlibatan lembaga pendidikan dapat mendorong keberlanjutan program rehabilitasi mangrove.
Afrrizal menekankan dengan upaya berkelanjutan, tutupan mangrove di Balikpapan dapat terus meningkat, sehingga ekosistem pesisir kota tetap sehat, tangguh terhadap bencana alam, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan serta masyarakat pesisir.
“Kita ingin melihat Balikpapan memiliki pesisir yang hijau dan lestari, di mana mangrove menjadi garis pertahanan pertama terhadap ancaman alam dan sekaligus rumah bagi berbagai spesies laut. Keberhasilan program ini tergantung pada sinergi seluruh pihak,” pungkas Afrrizal. (oc)















Discussion about this post