BALIKPAPAN, Fokusborneo.com — Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan, Dodi memaparkan secara rinci arah kebijakan dan tantangan pengelolaan sampah yang kini menjadi prioritas serius pemerintah kota.
Dalam paparannya, ia menegaskan kota minyak telah memasuki fase yang memerlukan langkah-langkah strategis, terutama karena TPA Manggar — satu-satunya lokasi pembuangan akhir kota — berada pada kondisi yang semakin kritis dari tahun ke tahun.
Dodi menjelaskan DLH kini sedang memperkuat program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) secara massif sebagai upaya menekan laju sampah yang masuk ke TPA. Menurutnya, pendekatan ini bukan sekadar kampanye seremonial, tetapi strategi utama agar Balikpapan tidak menghadapi krisis pengelolaan sampah dalam beberapa tahun ke depan.
“Program 3R harus menjadi gerakan bersama. Kita ingin masyarakat terbiasa memilah sampah sejak dari rumah. Jika sampah sudah dipilah di sumbernya, beban TPA bisa berkurang sangat signifikan,” tegasnya, Jumat (28/11/2025).
Ia mengatakan bank sampah saat ini menjadi salah satu garda terdepan dalam edukasi dan pengurangan sampah. Keberadaannya tidak hanya berfungsi untuk menukar sampah bernilai ekonomi, tetapi juga membentuk kebiasaan pengelolaan sampah yang lebih disiplin.
DLH mencatat, bank sampah di beberapa kelurahan telah menunjukkan perkembangan pesat, baik dari jumlah nasabah maupun volume sampah yang berhasil dialihkan dari TPA.
Selain memperkuat gerakan 3R, DLH juga mulai memasuki fase baru: transformasi digital dalam pemantauan sampah.
Dodi menyebut sistem pemantauan real-time yang sedang diterapkan DLH mampu mendeteksi pergerakan armada pengangkut, tonase harian yang masuk ke TPA, hingga memetakan kelurahan yang menghasilkan sampah tertinggi.
“Dengan digitalisasi ini, pengawasan menjadi jauh lebih akurat. Kita bisa tahu armada mana yang terlambat, wilayah mana yang paling tinggi produksi sampahnya, dan berapa kapasitas yang terpakai setiap hari di TPA Manggar,” ujarnya.
Tidak hanya itu, pemerintah kota kini sedang melakukan penjajakan teknologi pengolahan sampah modern seperti RDF (Refuse Derived Fuel), SRF (Solid Recovered Fuel), hingga pirolisis, sebuah teknologi yang mampu mengubah sampah menjadi energi melalui proses pemanasan tanpa oksigen.
Menurut Dodi, teknologi-teknologi ini akan menjadi masa depan pengelolaan sampah Balikpapan, mengingat keterbatasan ruang TPA yang semakin nyata.
“Harapan kita, TPA ke depan bukan lagi tempat membuang sampah, tetapi menjadi pusat pengolahan berbasis teknologi. Dengan RDF atau pirolisis, volume sampah bisa berkurang drastis dan bahkan menghasilkan energi alternatif,” jelasnya.
Namun, Dodi menegaskan tantangan terbesar saat ini tetap berada pada kapasitas TPA Manggar, yang kini berada di ambang penuh. Dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi, volume sampah di Balikpapan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Belum lagi persoalan klasik seperti kebiasaan sebagian warga membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di lingkungan permukiman.
“Kita menghadapi tekanan yang sangat besar. Jika tidak ada perubahan pola pikir dan percepatan teknologi, TPA Manggar mungkin tidak akan mampu menampung sampah kota dalam beberapa tahun mendatang,” ujarnya mengingatkan.
Ia menekankan upaya pemerintah akan sia-sia tanpa dukungan masyarakat. Pemilahan sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memanfaatkan bank sampah, hingga mengikuti program 3R menjadi kunci menurunkan beban TPA.
Menurut Dodi, DLH telah menyiapkan serangkaian langkah jangka pendek dan jangka panjang, mulai dari perluasan fasilitas pengolahan sampah, peningkatan kualitas armada, pembangunan TPS 3R baru, hingga memperluas jaringan kemitraan dengan dunia usaha.
Kolaborasi ini dinilai penting untuk mempercepat transformasi pengelolaan sampah.
“Ini pekerjaan besar yang tidak bisa dikerjakan pemerintah saja. Keterlibatan warga dan sektor swasta sangat menentukan keberhasilan kota dalam menghadapi ancaman penumpukan sampah,” pungkasnya. (oc)















Discussion about this post