JAKARTA – Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama 2 (dua) kuartal, telah menimbulkan guncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global. Kebijakan melakukan transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di beberapa wilayah sebagai upaya meningkatkan gairah perekonomian, belum berhasil menekan penyebaran Covid-19.
Angka pasien positif Covid-19, terus melaju kencang seiring dengan munculnya kluster penyebaran Covid-19 baru seperti di gedung perkantoran. Namun demikian, perekonomian Indonesia sejak diterapkannya transisi PSBB tersebut masih belum terselamatkan.
Hal ini terungkap, setelah mendengar pemaparan Menteri Perdagangan Agus dalam rapat kerja antara Anggota Komite II DPD RI dengan Kemendag secara virtual di Kediaman Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai di Jakarta, Selasa (22/9/20).
Dalam raker bertemakan inovasi mendorong komoditas ekspor dan impor di masa pandemi Covid-19 dan kebijakan Pemerintah menjaga stabilitas harga komoditas kebutuhan bahan pokok disampaikan, penurunnya pertumbuhan ekonomi (Q-to-Q) dari Triwulan I-2020 sebesar -2,41 persen menjadi -4,19 di Triwulan II-2020. Secara Q-to-Q, sektor perdagangan mengalami kontraksi hingga -6,71 persen pada Triwulan II-2020.
“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontraksi tersebut didukung oleh penurunan penjualan mobil dan sepeda motor selama pandemi Covid-19 serta banyaknya penutupan gerai penjualan selama pemberlakuan PSBB yang menyebabkan penurunan omzet perdagangan ritel,” kata Wakil Ketua Komite II DPD RI Hasan Basri.
Selain itu, ekspor Indonesia anjlok pada angka -12,81 persen dan penurunan impor hingga -14,16 persen pada Triwulan II-2020 (Q-to-Q).
“Kontraksi pada ekspor barang dan jasa, disebabkan karena beberapa hal yakni ekspor non migas yang mengalami penurunan seiring penurunan nilai dan volume komoditas utama seperti permintaan BBM dan penggunaan mesin/ peralatan listrik,” jelas Senator asal Kaltara.
Ekspor jasa juga mengalami penurunan sejalan dengan penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Ini karena sebagian besar mitra dagang Indonesia, mengalami kontraksi perekonomian kecuali Tiongkok.
“Dari sisi impor, kontraksi disebabkan karena penurunan permintaan dan atau penggunaan mesin-mesin pesawat mekanik, mesin peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, serta besi dan baja. Impor jasa juga mengalami penurunan seiring menurunnya jasa angkutan untuk ekspor impor barang,” ujar Alumni Magister Universitas Borneo Tarakan.
Sektor perdagangan Indonesia masih dapat ditolong melalui konsumsi rumah tangga (RT), namun konsumsi RT juga mengalami penurunan hingga -6,51% pada Triwulan II-2020 (Q-to-Q).
“Karena itu, diperlukan kebijakan Pemerintah dari sisi supply dan demand untuk menunjang konsumsi RT dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mendorong konsumsi masyarakat. Di sisi lain, Pemerintah harus mampu menjaga stabilitas harga komoditas kebutuhan bahan pokok di pasaran,” ucap Hasan Basri.
Sementara itu, Mendag Agus Suparmanto menjelaskan bahwa Kemendag akan melakukan pendekatan pasar melalui yang pulih atau mulai pulih. Satu tahun kedepan pihaknnya akan memfokuskan kepada negara yang kondisi penanganan Covid-19 yang sudah pulih atau mulai pulih. “ Kita akan fokus pasa pasar yang pulih atau mulai putih seperti Australia dan Selandia Baru, Inggris, UAE, dan kawasan Afrika,†ujarnya.
Agus menambahkan untuk kebijakan strategis mendorong ekspor di tengah pandemi global ada dua kebijakan. Pertama stategis jangka pendek dimana fokus pengembangan ekspor pada produk dengan pertumbuhan positif berupa makanan dan minumam olahan, dan alat-alat kesehatan. “Untuk jangka menengah, kami pertahankan produk yang punya market power, tingkatkan pangsa pasar produk potensial, dan pulihkan produk yang kehilangan pangsa,” jelasnya.
Ia menceritakan pada Agustus 2020 lalu, secara umum komoditi barang kebutuhan pokok menyubang deflasi yaitu antara lain daging ayam ras, bawang merah, dan lainnnya. Sedangkan komoditi yang menyubang inflasi hanya minyak goreng dengan andil 0,01 persen. “Kami terus berikhtiar agar ekspor Indonesia agar terus meningkat dan tercipta lapangan kerja, serta stabilnya harga bahan pokok. Namun di tengah pandemi Covid 19 sangat berat. Namun pemerintah terus bekerja keras dalam menangani ini,†kata Mendag itu.(**/mt)