TARAKAN – Perekonomian Kalimantan Utara (Kaltara) diprediksi mengalami pelambatan, namun tetap tumbuh positif meski tidak secepat tahun-tahun sebelumnya.
Pengamat Ekonomi sekaligus Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, Dr. Ana Sriekaningsih menerangkan, kondisi tersebut disebabkan beberapa hal, pertama perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, kemudian perang Iran melawan Israel hingga kondisi dalam negeri yakni kebijakan efisiensi anggaran.
Ada beberapa persoalan yang menjadi perhatian, pertama harga komoditas, investasi daerah, tekanan daya beli, dan UMKM.
Berbicara harga komoditas, Direktur Politeknik Bisnis Kaltara ini menyoroti harga komoditas batu bara yang terjadi penurunan dan menurutnya ini wajar karena dampak kondisi global saat ini.
Batu bara atau tambang merupakan salah satu penyokong pendapatan daerah dari ekspor, sehingga dengan penurunan harga dan permintaan akan berpengaruh dengan ekonomi daerah.
“Saya rasa sangat berhubungan antara penurunan harga komoditas terhadap pendapatan daerah. Ataupun selain dari penurunan harga juga saya rasa permintaan juga tidak sebanyak yang tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya, Kamis (10/7/2025).
Maka dari itu, pendapatan daerah harus ada diversifikasi atau strategi untuk mengurangi resiko, namun disisi lain ada kebijakan efisiensi anggaran yang juga berpengaruh terhadap Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD).
“Pertumbuhan ekonomi di Kaltara dengan adanya beberapa hal ini tidak akan secepat di tahun sebelumnya. Kalau mungkin di tahun sebelumnya misalkan bisa meningkat sampai 5. Mungkin di saat ini tetap tumbuh positif tetapi tidak secepat sebelumnya. Jadi ada perlambatan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia menegaskan melambatnya pertumbuhan ekonomi juga dikuatkan melalui hasil survei dan pendapat akademisi berkaitan dengan kondisi global.
Selanjutnya berkaitan dengan investasi di Kaltara, Doktor Ana menilai investasi masih baik sehingga berdampak baik pada perekonomian Kaltara. Saat ini beberapa proyek strategis nasional (PSN), kawasan ekonomi khusus, industri baru berada di Kalimantan Utara.
Dampak baiknya baik perekonomian yaitu kebutuhan bahan pokok meningkat, produk lokal menggeliat, kemudian penyerapan tenaga kerja lokal.
“Tidak semua tenaga kerja didatangkan dari luar, ada kemampuan atau skill tertentu yang memang tidak perlu dari luar. Jadi artinya kebutuhan bahan pokok, penyerapan tadi akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,” sambungnya.
Berapa pertumbuhannya? tentu harus menggunakan data, namun jika dipikirkan dan dilihat pertumbuhan ekonomi masih dalam koridor yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Kaltara.
Kemudian dilihat dari sektor UMKM, Ia menilai UMKM juga mensupport ekonomi yang ada di Kaltara karena langsung dari dasar, namun dengan adanya tekanan ekonomi dan efisiensi tentu akan berdampak. Pelaku UMKM besar harus menghadapi tantangan daya saing yang besar dengan produk yang sudah punya nama atau brand besar.
“Nah itulah tantangan daya saingnya UMKM kita,” tegasnya.
Sementara untuk UMKM skala kecil, biasanya merambah kebutuhan domestik atau lingkungan sekitar. Justru lebih survive dalam usahanya namun harus tetap memiliki diversifikasi produk, diversifikasi pelayanan.
“Saya contohkan kafe atau kedai kopi yang ada di Kaltara, Tarakan aja deh itu banyaknya bukan main. Nah bagaimana dia harus bisa mengambil pangsa pasarnya dia sesuai dengan produknya dia. Nah itu aja ditekuni dan dilayani atau dipelihara pelanggan-pelanggan, konsumennya, saya rasa dia akan bisa eksis. Bahan baku juga ada di Kaltara atau wilayah sekitar dan masih bisa mensuplai kebutuhan,” bebernya.
Direktur Politeknik Bisnis Kaltara ini menegaskan, dalam kondisi global saat ini daya beli masyarakat masih ada, dan kebutuhan utama juga masih menjadi prioritas dibandingkan dengan kebutuhan lain misalnya barang mewah yang mungkin akan berkurang. (ary)