TARAKAN – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Hasiando Ginsar Manik, menyoroti dinamika intermediasi perbankan di Kaltara sepanjang Mei 2025.
Meskipun Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kontraksi, penyaluran kredit perbankan menunjukkan performa yang sangat kuat, disertai dengan risiko kredit yang tetap terkendali.

Hasiando mengungkapkan bahwa DPK Kaltara pada Mei 2025 tercatat mengalami kontraksi sebesar -2,91% (year-on-year/yoy). Kontraksi ini terutama disebabkan oleh penurunan pada komponen Giro dan Deposito.
“Giro terkontraksi -2,66% (yoy), sedangkan Deposito mengalami kontraksi yang lebih dalam, mencapai -18,35% (yoy),” jelas Hasiando, Kamis (17/7/25)
Namun, di tengah kontraksi DPK secara keseluruhan, komponen Tabungan menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,08% (yoy). Ini mengindikasikan adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam menyimpan dananya atau peningkatan kesadaran akan pentingnya menabung.
Berbeda dengan DPK, penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di Kaltara pada Mei 2025 menunjukkan pertumbuhan yang sangat impresif, mencapai 39,17% (yoy).
Pertumbuhan ini menjadi indikator kuat dukungan sektor perbankan terhadap aktivitas ekonomi di Kaltara. “Seluruh jenis kredit menunjukkan pertumbuhan positif,” tegas Hasiando.
Rincian pertumbuhan kredit adalah sebagai berikut:
* Kredit Modal Kerja tumbuh 19,37% (yoy).
* Kredit Investasi melonjak tajam hingga 92,90% (yoy).
* Kredit Konsumsi tumbuh 11,80% (yoy).
Secara sektoral, sektor Rumah Tangga mendominasi penyaluran kredit dengan pangsa sekitar 26,33% (tumbuh 11,80% yoy). Disusul oleh Industri Pengolahan dengan pangsa 25,48% (tumbuh luar biasa sebesar 212,43%), menunjukkan ekspansi signifikan di sektor tersebut.
Meskipun pertumbuhan kredit yang tinggi, risiko kredit di Kaltara tetap terkendali. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-performing Loan – NPL) pada Mei 2025 yang terjaga rendah sebesar 1,04% (gross).
Angka ini jauh di bawah ambang batas Bank Indonesia sebesar 5%, menunjukkan kualitas aset perbankan yang sehat.
Untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Hasiando menyampaikan bahwa kredit UMKM di Kaltara pada Mei 2025 tercatat terkontraksi sebesar -0,93% (yoy).
Total nominal kredit outstanding UMKM pada periode tersebut sebesar Rp5,56 triliun, dengan penyaluran terbesar kepada sektor ekonomi perdagangan besar dan eceran sebesar Rp2,46 triliun.
Meskipun adanya sedikit kontraksi, kualitas kredit UMKM tetap terjaga dengan NPL di level 3,53%, yang menunjukkan bahwa sektor UMKM di Kaltara masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya.
“Secara keseluruhan, meskipun DPK mengalami sedikit kontraksi, penyaluran kredit yang kuat dan terkendalinya risiko kredit menunjukkan resiliensi dan kontribusi positif sektor perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltara,” tutup Hasiando.(**)