TARAKAN โ Tale of the Land menjadi salah satu film Indonesia yang menonjolkan kekayaan budaya dan keindahan alam Kalimantan Timur. Disutradarai Loeloe Hendra dan diproduksi oleh KawanKawan Media, film ini menghadirkan cerita yang kuat dengan nuansa lokal yang autentik.
Berkisah tentang May, seorang gadis Dayak yang tinggal bersama kakeknya, Tuha, di sebuah rumah terapung di atas danau. Trauma akibat kehilangan orang tua membuat May tidak mampu menginjak tanah, sehingga kehidupannya terikat pada air.
Cerita ini mencerminkan hubungan manusia dengan alam serta tradisi masyarakat Dayak.



Proses syuting dilakukan sepenuhnya di atas air, di danau Kota Bangun, Kalimantan Timur, selama hampir satu bulan. Rumah terapung, perahu tradisional, dan kehidupan masyarakat di sekitar danau menjadi latar utama, menciptakan visual yang memukau dan autentik.





Film berdurasi 99 menit ini menggunakan bahasa Kutai, bahasa lokal yang jarang muncul dalam film Indonesia. Penggunaan bahasa daerah ini menambah kedalaman budaya sekaligus memperkuat identitas lokal yang diangkat dalam cerita.




Pemeran utama dalam film ini adalah Shenina Cinnamon sebagai May dan Arswendy Bening Swara sebagai Tuha. Selain itu, film ini juga dibintangi Angga Yunanda dan Yusuf Mahardika, memadukan generasi aktor muda dan senior untuk menghadirkan akting yang natural.


Tale of the Land menekankan aspek budaya Dayak, mulai dari adat istiadat, kehidupan di rumah terapung, hingga keterikatan manusia dengan alam. Menjadi contoh karya yang membawa identitas lokal Kalimantan ke layar lebar secara estetis dan otentik.



Selain itu, film ini juga menampilkan keindahan alam Kalimantan Timur, mulai dari danau, hutan, hingga kehidupan desa di tepian air. Visual yang puitis tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang ingin mengenal budaya dan alam Kalimantan lebih dekat.


Film ini pernah diputar di beberapa festival di Indonesia, termasuk Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2024, dan mendapatkan perhatian penonton nasional serta kritikus film yang mengapresiasi nuansa lokal dan simbolisme cerita.


Bagi masyarakat yang ingin menonton Tale of the Land, film ini tersedia di beberapa platform streaming lokal Indonesia dan bisa diakses secara digital melalui layanan seperti Mola TV dan Vidio.


Selain itu, beberapa bioskop independen di kota besar di Indonesia juga menayangkan film ini untuk periode terbatas.
Dengan cerita yang kuat, visual yang memukau, dan fokus pada budaya serta alam Kalimantan, Tale of the Land membuktikan bahwa narasi lokal mampu menarik perhatian penonton luas.
Film ini menjadi contoh penting bagi perfilman Indonesia untuk terus menampilkan karya yang berakar pada identitas lokal dan lingkungan.
Berikut informasi lengkap mengenai film Tale of the Land, sebuah karya sinematik yang mengangkat budaya dan alam Kalimantan Timur, khususnya suku Dayak, dengan pendekatan visual yang kuat dan puitis.
๐ฌ Detail Film
Judul: Tale of the Land
Sutradara & Penulis Skenario: Loeloe Hendra
Durasi: 99 menit
Bahasa: Kutai dan Indonesia
Genre: Drama, Fantasi
Produksi: KawanKawan Media
Lokasi Syuting: Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Tanggal Rilis Perdana: 4 Oktober 2024, di Busan International Film Festival (BIFF) 2024
Penghargaan: FIPRESCI Prize di BIFF 2024; Best Lead Performance di QCinema International Film Festival 2024 untuk Shenina Cinnamon
๐ Sinopsis
Film ini mengisahkan May, seorang gadis Dayak yang trauma akibat kehilangan orang tuanya dalam konflik agraria. Trauma tersebut membuatnya tidak bisa menginjakkan kaki di daratan. May tinggal bersama kakeknya, Tuha, di sebuah rumah apung di atas danau yang jauh dari daratan.
Kehidupan mereka yang tenang terganggu dengan kehadiran seorang anak laki-laki bernama Lawa, yang mengingatkan May pada masa lalu dan menantang keyakinannya tentang tanah dan warisan leluhur .
๐ญ Pemeran Utama
Shenina Cinnamon sebagai May
Arswendy Bening Swara sebagai Tuha
Angga Yunanda
Yusuf Mahardika
๐ฅ Produksi & Lokasi
Lokasi Syuting: 90% syuting dilakukan di atas air, mengambil lokasi di Kota Bangun, Kalimantan Timur .
Proses Produksi: Syuting berlangsung selama hampir satu bulan pada Januari 2024, dengan seluruh adegan dilakukan di atas air.
Pendanaan: Film ini mendapatkan dukungan dari Doha Film Institute untuk tahap pasca-produksi .
๐บ Cara Menonton
Film ini dapat diakses melalui beberapa platform streaming lokal Indonesia, seperti:
Mola TV
Vidio
Selain itu, beberapa bioskop independen di kota besar di Indonesia juga pernah menayangkan film ini dalam periode terbatas.