TARAKAN – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Utara berhasil menggagalkan peredaran narkotika di wilayah Kalimantan Utara dari negara tetangga Malaysia baik melalui jalur laut maupun jalur darat.
Dalam konferensi pers akhir tahun, Kamis (28/12/2023), Kepala BNNP Kaltara Brigjen Pol Rudi Hartono menyampaikan, sepanjang tahun 2023 BNNP Kaltara berhasil mengungkap kasus penyeludupan narkotika dengan barang bukti sabu total 46,7 Kilogram.

“Kita berhasil mengamankan 46,7 Kilogram sabu, melibatkan 37 tersangka, barang bukti lain kita amankan Rp 6 juta, 7 Speedboat, 4 perahu, 43 handphone,” jelasnya.
Kemudian perkara yang sudah di limpahkan ke Kejaksaan sebanyak 25 kasus dan sisanya masih dalam penyidikan.
Brigjend Pol Rudi Hartono menguraikan dari 37 tersangka, 23 merupakan warga Kaltara, 12 orang luar Kaltara dan Warga Negara Asing sebanyak 2 orang.
“Diluar orang Tarakan itu salah satunya ada pekerja migran. Itu yang tidak tertib di negara sebelah yang sulit kita deteksi, mereka itu bekerja di wilayah Malaysia. Karena tidak ada datanya jadi sulit kita profiling,” urainya, Kamis (28/12/2023)
Selain barang bukti sabu dan tersangka, tercatat barang bukti lainnya yang turut disita, diantaranya uang senilai Rp 6 juta, 7 unit speedboat, 4 unit perahu dan 43 unit handphone. Sementara, kasus yang sudah dilimpahkan untuk disidangkan sebanyak 25 kasus.
Lebih lanjut, Kepala BNNP Kaltara mengungkapkan selama 5 tahun angka prevelensi tidak pernah turun, tahun ini turun.
“Alhamdulillah berdasarkan survei BNN dan BRIN angka prevelensi kita turun 0,22 persen. Presentase tersebut menunjukan masih terdapat masyarakat yang terdampak sebanyak 12.710 orang dibandingkan tahun 2022 sebanyak 14.327,” ungkapnya.
Kemudian, Kaltara juga tidak termasuk 10 besar daerah rawan secara nasional. Meski jumlah personel terbatas namun upaya pencegahan dan pemberantasan terus dilakukan meski jalur laut cukup sulit akan tetapi bisa dilakukan BNNP Kaltara bekerjasama dengan instansi terkait.
Melihat angka pengungkapan kasus dan turunannya prevelensi, di sinyalir tahun 2023 ini permintaan menurun sehingga pengiriman narkotika turut menurun. Artinya, program penyadaran dan pencegahan dari pihaknya ke masyarakat berhasil.
Disinggung menyoal evaluasi pengungkapan kasus seperti di darat dan perairan pihaknya menyebut modus yang digunakan cenderung menggunakan pola-pola yang mengelabuhi petugas. Misalnya sabu-sabu yang dicampur dengan tawas, hingga modus penjualan sabu menggunakan motor pada malam hari.
“Seperti yang ditangkap Satgas Pamtas itu juga, yang ditangkap malah kabur, kemudian ditangkap barang buktinya memancing. Barang buktinya banyak tapi isinya tawas, dari 500 gram hanya 2 gram yang asli,” beber jenderal bintang satu itu.
Berdasarkan pengungkapan yang sudah dilakukan, sabu mendominasi berasal dari Malaysia, pun dengan pengendalinya. Sehingga pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Polisi Diraja Malaysia (PDRM) dengan mendata sebanyak 392 orang warga Indonesia yang tak memiliki identitas. Jika tak diatasi hal ini akan membuat koordinasi kasus narkotika menjadi sulit dilakukan.
“Gubernur Kaltara juga sudah bekerjasama dengan kementerian di Malaysia. Terlebih jika masyarakat bekerja di sana tanpa KTP. Kasus sabu di perbatasan yang tidak pernah selesai, yang tidak ada identitas jadi pekerja ilegal. Banyak pekerja kita di Malaysia jadi jaringan internasional (sabu),” pungkasnya.
Kepala BNNP Kaltara juga menegaskan, pihaknya akan melakukan program penyadaran terhadap pelaku atau pengedar narkoba namun jika tidak berhasil akan disikat habis dengan Undang – Undang TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang).
“Kita akan miskinkan. Ini program 2024 saya,” tegasnya. (wic/Iik)