TARAKAN – Anggota MPR RI, Hasan Basri, menegaskan komitmen MPR dalam melestarikan kearifan lokal sebagai pilar penting identitas bangsa di tengah gempuran globalisasi.
Hal ini disampaikannya dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang mengundang Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat Kota Tarakan di Cafe Kopi Aceh, Tarakan, Kamis, (22/5/25).
Dalam sesi diskusi, perwakilan dari Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat Kota Tarakan menyoroti peran penting kearifan lokal seperti “sipamandaq” (nilai kebersamaan) sebagai pondasi Bhinneka Tunggal Ika.

Mereka mempertanyakan bagaimana MPR dapat memastikan nilai-nilai lokal ini tidak tergerus globalisasi sambil tetap mendukung persatuan nasional.



Menanggapi pertanyaan tersebut, Hasan Basri menyatakan, globalisasi memang tidak bisa dihindari karena adalah keniscayaan zaman. Namun yang menjadi tugas bersama adalah memastikan bahwa dalam derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi informasi, jati diri bangsa tidak luntur.
“Justru sebaliknya, kearifan lokal seperti sipamandaq harus menjadi pelita yang menerangi jalan pembangunan nasional,” ujarnya.

Hasan Basri juga menjabat Ketua PURT DPD RI menjelaskan MPR RI, melalui berbagai instrumen seperti Sosialisasi Empat Pilar, terus mendorong pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Dalam proses ini, kami tidak memisahkan nilai nasional dari budaya lokal. Karena kami percaya, budaya daerah bukan ancaman terhadap persatuan, melainkan pondasi yang memperkuatnya. Bhinneka Tunggal Ika bukanlah sekadar semboyan, tetapi pengakuan tulus atas kekayaan dan keberagaman bangsa ini,” tambahnya.
Hasan Basri mendorong agar nilai sipamandaq tidak hanya dijaga dalam kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga diwariskan kepada generasi muda melalui jalur pendidikan, seni budaya, bahkan melalui platform digital.
“Kita perlu mendorong adanya muatan lokal di sekolah-sekolah, pelestarian tradisi melalui festival budaya, dan dokumentasi budaya yang dapat diakses luas agar nilai-nilai luhur ini tidak hilang ditelan zaman,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga mendorong pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan pemerintah pusat dan lembaga negara lainnya agar kearifan lokal dapat menjadi bagian dari kebijakan pembangunan berkelanjutan.
“Sebab tanpa budaya, pembangunan akan kehilangan rohnya. Tanpa kearifan lokal, kita hanya akan menjadi bangsa yang besar secara fisik, namun rapuh secara identitas,” pungkas Hasan Basri.
Di akhir acara, Hasan Basri mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda Mandar, untuk merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur nenek moyang.
“Jadikan sipamandaq sebagai inspirasi dalam memperkuat solidaritas sosial, membangun desa, mempererat hubungan antar suku dan agama. Inilah Indonesia yang sesungguhnya Indonesia yang tidak hanya bersatu secara wilayah, tetapi juga bersatu dalam semangat, dalam budaya, dan dalam cita-cita,” serunya.(**)