JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melantik Adri Patton menjadi Rektor Universitas Borneo Tarakan untuk kedua kalinya secara virtual. Adri Patton resmi menjabat Rektor UBT dengan masa jabatan 2021-2025.
Pelantikan yang diselenggarakan di Kantor Kemendikbud di Jakarta, dilaksanakan dengan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Setiap tamu undangan yang hadir, harus menjalani swab antigen.
Adri Patton dilantik bersama dengan pejabat Kemendikbud dan Rektor perguruan tinggi lainnya. Selain istri, pelantikan juga dihadir Senat UBT sebanyak 15 orang.
Setelah dilantik, program kerja yang akan dijalankan sebagai Rektor ingin melanjutkan program sudah dilakukan. Salah satunya melantik pejabat yang ada dilingkungan UBT mulai Wakil Rektor, Dekan serta lembaga.
Ia juga ingin mewujudkan program kampus merdeka sesuai instruksi Mendikbud serta peningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya Dosen dan Civitas Akademika.
“Merdeka belajar ini diwajibkan ada tiga semester, para mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran di luar kampus maupun diluar prodi mereka termasuk juga para Dosen. Termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kualitas dosen, civitas akademika. Tentu kita akan melakukan usaha bagaimana para S2 bisa jadi S3, S3 kita bisa segera menjadi guru besar dan sebagainya ini merupakan prioritas unggulan,” kata Adri Patton dikepada Fokusborneo.com selesai dilantik.
Disamping itu, kata Adri juga melanjutkan pembangunan infrastruktur yang tahun ini sudah dalam proses lelang diantaranya laboratorium central ilmu hayati dan dome untuk wisuda maupun kegiatan kampus termasuk kegiatan organisasi kemahasiswaan.
“Kita tidak tahu pandemi Covid-19 sampai kapan belum bisa memprediksi. Jadi tantangan kedepan menurut kami proses pembelajaran daring. Walaupun ini bisa berjalan lancar dan tapi belum begitu optimal karena ada beberapa daerah kita yang di Kalimantan Utara blank spot. Sehingga agak kesulitan untuk para mahasiswa maupun dosen untuk melaksanakan kuliah daring secara virtual,” ujarnya.

Permasalah ini, dijelaskan Adri sudah disampaikan ke Kemendikbud dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Sebab pandemi Covid-19 belum tahu kapan berakhirnya.
“Masalah black spot ini makanya harus berkoordinasi dengan Kementerian terkait agar betul-betul proses pembelajaran daring ini bisa cepat, tepat, akurat, terawasi dan bisa terjangkau. Karena kalau nanti misalnya sampai 1 sampai 2 tahun kedepan masih proses daring tentunya ini masalah besar. Walaupun pelaksanaan itu bisa efektif, tetapi efektifnya kan bagi mahasiswa-mahasiswa yang ada di sekitar Kota,” terangnya.
Selaku Rektor, Adri juga mengucapkan terima kasih kepada Mendikbud yang telah memberikan berbagai macam kuota paket internet untuk belajar baik mahasiswa, pelajar SMA, SMP, SD maupun guru dan dosen. “Bantuan ini sangat membantu sekali dalam proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19,” ucapnya.
Adri juga melakukan koordinasi dengan Gubernur selaku Ketua dewan pertimbangan UBT dan Ketua DPRD Provinsi Kaltara selaku anggota dewan pertimbangan bersama Wali Kota Tarakan, untuk kemajuan UBT kedepan.
“Dalam waktu dekat juga kami bersama pak Gubernur akan menghadap Mendikbud dalam rangka membuka program-program yang memang dibutuhkan oleh Kaltara seperti fakultas kedokteran. Kita akan meminta itu dibuka, karena itu kebutuhan Kaltara dan pak Gubernur juga sangat respek terhadap ini beliau menginginkan agar Kaltara dibuka fakultas kedokteran di UBT. Termasuk juga beberapa prodi baik magister manajemen, magister pertanian, magister lingkungan dan sebagainya karena ini kebutuhan Kaltara,” tutupnya.(Wic)