TARAKAN, Fokusborneo.com – Universitas Borneo Tarakan (UBT) resmi memulai babak baru dalam tata kelola kelembagaannya. Tepat pada peringatan satu tahun masa kepemimpinannya,
Kamis (18/12/2025), Rektor UBT Prof. Dr. Yahya Ahmad Zein, S.H., M.H., melantik jajaran Wakil Rektor, Dekan, dan Ketua Lembaga di Ruang Senat, Gedung Rektorat.
Pelantikan ini merupakan implementasi menyeluruh dari Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) terbaru yang dirancang untuk mewujudkan kebijakan “Kampus Berdampak”.
Berdasarkan Keputusan Rektor UBT Nomor 454/UN51/KPT/KP/2025 hingga 458/UN51/KPT/KP/2025, amanah diberikan kepada:
• Dr. Heppi Iromo, S.Pi., M.Si. – Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerja Sama.
• Dr. Etty Wahyuni, S.Hut., M.P. – Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum.
• Dr. Rukisah, S.Pi., M.P., Ph.D. – Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kemahasiswaan, dan Alumni.
• Dr. E. Mohamad Nur Utomo, S.E., M.Si. – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
• Dr. Aditia Syaprillah, S.H., M.H. – Ketua Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP).
Prof. Yahya mengungkapkan rasa harunya karena melantik pejabat berdasarkan SOTK yang ia susun sendiri saat menjabat sebagai Ketua Tim Penyusun SOTK beberapa waktu lalu.
”Saya tidak menyangka jalan hidup membawa saya melantik pejabat berdasarkan aturan yang dulu saya susun. Hari ini, tepat satu tahun saya menjabat sebagai Rektor, tugas untuk melakukan penyesuaian regulasi yang lebih lincah harus segera kita tunaikan,” ujar Prof. Yahya.
Rektor juga membawa kabar baik mengenai kondisi finansial universitas. Ia menegaskan tahun 2026 akan menjadi tahun yang lebih “sehat” dengan peningkatan anggaran signifikan, baik untuk tunjangan kinerja dosen, BOPTN, maupun Rupiah Murni guna penguatan sarana prasarana digital.
Rektor menjelaskan alasan di balik perubahan nomenklatur jabatan. Bidang Kerja Sama kini di bawah WR I agar selaras dengan tujuan akademik. WR II kini mengutamakan aspek Keuangan sebelum Umum untuk mempertegas peran sebagai bendahara universitas yang akuntabel.
Untuk Bidang Alumni, kini masuk dalam struktur resmi WR III selain perencanaan dan kemahasiswaan. “Alumni adalah aset, bukan sekadar tempelan. Penganggaran untuk alumni kini menjadi kewajiban,” tegas Rektor.

Untuk Fakultas Ekonomi, sekarang ada penambahan kata Bisnis. Makanya FEB dituntut menjadi motor entrepreneurship, termasuk mengelola unit bisnis mandiri seperti perhotelan dan biro perjalanan.
Sementara itu, LPMPP diharapkan menjadi Center of Development untuk memastikan kualitas pengajaran dosen beradaptasi dengan teknologi modern.
Rektor memberikan instruksi tegas kepada LPMPP untuk merombak total pola peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Ke depan, UBT akan bertransformasi menjadi Center (Pusat) pelatihan Applied Approach (AA) dan Pekerti.
”Kita tidak ingin lagi dosen mencari pelatihan online sendiri lalu hanya menyodorkan sertifikat untuk dibayar. LPMPP harus menjadi penyelenggara sentral agar kendali mutu tetap terjaga,” tegas Prof. Yahya.
Ia juga menekankan pentingnya sinkronisasi dengan pemerintah daerah agar investasi SDM yang telah dibiayai memberikan dampak jangka panjang bagi universitas.
“Ketua LPMPP punya tanggung jawab besar agar para dosen ini ikut dalam kloter pelatihan kita, tersertifikasi secara resmi, dan tetap mengabdi untuk UBT tidak lari lagi. Kita sudah temukan polanya agar investasi SDM dari pemerintah daerah ini benar-benar berdampak panjang bagi universitas,” tambah Prof. Yahya.
Pelantikan ini menandai berakhirnya masa transisi kepemimpinan Prof. Yahya. Dengan kenaikan anggaran yang dibarengi struktur organisasi yang kuat, UBT bersiap melakukan lompatan besar menuju institusi yang mandiri secara finansial Badan Layanan Umum/Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (BLU/PTN-BH) dan menjadi mercusuar pendidikan di wilayah perbatasan.
Sebagai langkah awal, seluruh pimpinan diinstruksikan untuk melaksanakan Rapat Kerja (Raker) pada minggu kedua Januari 2026 guna menyusun program kerja komprehensif. (*/mt)






















Discussion about this post