TANA TIDUNG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tana Tidung menyampaikan keprihatinannya atas banyaknya korban akibat keganasan buaya di wilayah KTT maupun di Kaltara.
Hal tersebut diungkapkan Jamhor selaku Anggota Komisi 3 DPRD KTT, Ia mengatakan bahwa kondisi ini perlu ada solusi yang konkrit pasalnya korban adalah masyarakat khususnya nelayan.
Jamhor mengatakan, biasanya buaya jadi buruan untuk diambil kulitnya dan dijual, namun di wilayah Tana Tidung justru ditakuti dan membuat trauma masyarakat.

“Reptil ini justru tidak ada yang mau mendekati lantaran telah banyak memakan korban. Masyarakat hingga saat ini masih diresahkan dengan keberadaan buaya ini,” ungkap Jamhor kepada fokusborneo.com, Selasa (2/8/2022).
Atas musibah ini, DPRD bersedih dan berduka bahkan ada salah satu keluarga dari anggota yang menjadi korban keganasan buaya.
“Kami sangat bersedih, sangat berduka yang mana salah satu keluarga kami ,ini pergi melaut menjala udang dan mencari ikan di sungai Semaja, Kecamatan Simenggaris, Kabupaten Nunukan telah di mangsa buaya,” ungkapnya.
Meski buayanya sudah ditangkap, DPRD berharap kepada pemerintah daerah agar situasi ini menjadi perhatian dan perlu solusi yang konkret sesuai dengan aturan.
“Aliran sungai di wilayah itu merupakan habitat buaya liar, selain itu sungai ini juga menjadi tempat bagi warga masyarakat yang bermukim dan mencari ikan untuk kehidupan sehari – hari. Sejak buaya memangsa manusia di sungai, sebagian warga kehilangan mata pencaharian karena mereka ketakutan menangkap ikan di sungai tersebut,” ucapnya.
Untuk itu, warga di wilayah ini sangat berharap ada solusi dalam mengatasi buaya, baik dengan cara mengevakuasi buaya yang memangsa manusia atau dengan membangun lokasi konservasi khusus buaya di aliran sungai wilayah.
“Di lapangan (lokasi) juga dilakukan pemasangan papan himbauan/larangan bahaya, sosialisasi kepada warga untuk waspada dan berhati-hati serta tidak membuang sisa makanan ke sungai yang kemungkinan menjadi daya tarik datangnya buaya ke lokasi tersebut,” terangnya.
Relokasi itu dilakukan guna mengatasi teror buaya Sungai yang dengan ganas memangsa warga. Keberadaan buaya sendiri selalu bergerak sehingga kita kesulitan memantaunya,” kata Jamhor.
Semua upaya-upaya dan langkah-langkah tersebut diharapkan berjalan dengan lancar, sehingga masyarakat dapat hidup aman serta tenang, dan satwa dapat tercapai.
“Kedepan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga dapat terlibat secara aktif dalam setiap penanganan warga dengan satwa liar,” pungkas Jamhor. (her/Iik)