Menu

Mode Gelap

Ekonomi

Rusli Jabba Prihatin Ada SPBE, LPG 3 Kg Sulit Didapat Warga dan Harganya Diatas HET 


					SPBE di Kota Tarakan. Foto : Ist Perbesar

SPBE di Kota Tarakan. Foto : Ist

TARAKAN – Anggota DPRD Kota Tarakan dari Partai Hanura Rusli Jabba merasa prihatin melihat sulitnya masyarakat mendapatkan LPG 3 Kg. Dampaknya, harga yang dijual dipengecer melebihi dari Harga Eceran Tertinggi (HET).

Padahal pemerintah sudah menetapkan HET sebesar Rp 16.700 di darat dan Rp 18.700 di laut. Hanya saja, fakta dilapangan harga LPG 3 Kg ditingkat pengecer mencapai Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu.

Salah satunya dirasakan Suryani warga RT 3 Sebengkok pesisir. Ia hanya mendapatkan jatah LPG 3 kg 1 tabung setiap bulan. Padahal kebutuhannya selama 1 bulan minimal 2 sampai 3 tabung.

“Keluarga saya kan banyak, jadi kalau cuma satu gak cukup untuk memasak selama satu bulan. Biasanya 1 tabung itu habis paling lama 2 minggu,” ujarnya kepada awak media, Selasa (28/3/23).

Baca juga : Semua Usulan Terealisasi, Anggota DPRD  Tarakan Rusli Jabba Diapresiasi Warga Lingkas Ujung 

Untuk mencukupi kebutuhannya, Yani terpaksa harus membeli dipengecer dengan harga lebih mahal dari HET. Kondisi itu, sangat memberatkan karena suaminya hanya berprofesi sebagai nelayan dengan penghasilan tidak menentu.

“Kami membeli biasanya satu tabung Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu, itu terpaksa kami beli karena kalau tidak gak bisa masak untuk suami dan anak-anaknya,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dirasakan Sofyan warga Karang Anyar Pantai. Untuk memasak, ia harus membeli LPg 3 Kg karena rumahnya belum tersambung jaringan gas (Jargas) rumah tangga.

“Saya kan belum dapat jatah jargas, jadi kalau masak masih pakai gas melon itu pun dapatnya sulit harus keliling dulu. Biasa saya beli di daerah jalan lapangan (Aki Balak) harga kadang Rp 50 ribu, kadang Rp 55 ribu kadang bisa sampai Rp 60 ribu tergantung banyak gas atau tidak,” kata pak 2 anak tersebut.

SPBE di Kota Tarakan. Foto : Ist

Kondisi yang dialami warga itu, membuat Rusli Jabba prihatin karena di Kota Tarakan sudah ada Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE). Hanya saja masyarakat masih sulit mendapatkan gas bersubsidi tersebut.

Sebagai wakil rakyat, dirinya sudah berulang kali menyoroti masalah LPG 3 Kg. Hanya saja sampai sekarang belum ada penyelesaian yang kongkrit soal itu.

“Semestinya tidak susah lagi dan tidak ada pengecer jual harga tinggi sampai Rp 50 ribu bahkan Rp 70 ribu seperti di Pasar Beringin. Begitu juga di pinggir jalan besar Gajah Mada, disitu pengecer kelihatan hanya memajang 1 atau 2 tabung, tapi di dalam banyak dan harganya Rp 59 ribu sampai Rp 70 ribu prihatin saya,” kata Rusli Jabba.

Selain itu, kata Rusli Jabba warga juga mengeluhkan jatah yang diterimanya. Setiap bulan hanya mendapat 1 tabung dan paling banyak 2 tabung, sedangkan kebutuhannya melebihi itu.

Baca juga : Ini Besaran Zakat Fitrah dan Fidyah 1444 H di Tarakan

“Persoalan LPG 3 Kg ini luar biasa di Tarakan, dari dulu tidak ada pengisian sampai ada SPBE masih sama. Seharusnya ini tidak terjadi di Tarakan karena sudah ada SPBE,” ujar Rusli dengan kesal.

Padahal di Kota Tarakan ada jargas rumah tangga yang jumlahnya mencapai sekitar 30 ribu sambungan. Harusnya stok LPG 3 Kg melimpah dilapangan, tetapi kenyataannya warga masih susah mendapatkannya.

Ia menduga sebagian warga yang mendapatkan jargas, masih mengambil jatah LPG 3 kg untuk dijual kembali. Jika kuota tersebut dialihkan ke warga tidak mendapatkan jargas khususnya warga pesisir dan UMKM, diyakini bisa mencukupi.

“Ini perlu perhatian serius dari Pertamina dan pemerintah khususnya Disdagkop, terutama soal distribusi LPG 3 Kg juga perlu ditata lagi agar tidak terjadi kelangkaan seperti ini terus,” pungkasnya.

Anggota DPRD Kota Tarakan Rusli Jabba ketika kunker melihat distribusi LPG 3 Kg di Makasar. Foto : Ist

Distribusi LPG 3 Kg ini, dikatakan Rusli Jabba perlu mencontoh di Makassar. Disana, pangkalan menjual sesuai HET dan harganya pun ditempel supaya masyarakat tahu dan tidak membeli melebihi harga yang telah ditetapkan.

“Saat saya di Makassar sepanjang jalan pangkalan menjual Rp 18.500 sesuai HET dan pengecer antara Rp 21 ribu sampai Rp 25 ribu paling tinggi dan pembelian tidak dibatasi, dikarenakan disini juga sudah ada SPBE nya. Ini perlu dicontoh supaya bisa juga diterapkan di Kota Tarakan,” tambahnya.

“Kalau di pikir di Makassar itu kan sudah ada pengisian SPBE, di Tarakan juga sudah ada, kenapa tidak bisa sama kaya Makassar dimana-mana di Jawa, Surabaya dimana ada pengisian disitu tidak susah sudah karena ada,” bebernya.

Rusli menegaskan persoalan ini perlu menjadi perhatian semua pihak terutama Pertamina dan pemerintah, sehingga termasalahan LPG 3 Kg bisa diurai dan tidak lagi terjadi kelangkaan dan harga jual tidak melebihi HET.

Baca juga : Kunjungi SPBE, DPRD Tarakan Cari Penyebab Kelangkaan dan Mahalnya Harga LPG 3 Kg

“Kasihan kita ini sama masyarakat, setiap tahun persoalan LPG 3 Kg terus dikeluhkan. Harapan saya ini secepatnya diselesaikan supaya masyarakat mudah mendapatkan gas, apalagi di bulan puasa Ramadhan seperti sekarang ini masyarakat banyak butuh untuk memasak,” pesannya.

Terkait penambahan kuota LPG 3 Kg 100 tabung setiap pangkalan selama bulan ramadhan, Rusli berharap bisa terus berlanjut sampai bulan-bulan berikutnya. Supaya kebutuhan masyarakat terpenuhi dan harga jualnya tidak melampaui HET.

“Yang masyarakat mau ke depannya, artinya jangan cuma bulan puasa baru ditambah. Kalau jatah pangkalan katanya 800 an tambah 100 berarti 900 an artinya masih jauh, mudah-mudahan setiap bulan ada tambahan jangan cuma bulan puasa saja,” ungkapnya.

Rusli Jabba meminta sebelum melayani Tana Tidung dan Nunukan, supaya SPBE memprioritaskan kebutuhan untuk Kota Tarakan. Begitu juga pemerintah dan Pertamina harus tegas soal distribusi, agar tidak terjadi kelangkaan lagi di Kota Tarakan.

Baca juga : Setor PAD Rp 1,1 Miliar, DPRD Tarakan Sarankan Pendapatan Rusunawa Dikembalikan untuk Renovasi 

“Ini saya dengar SPBE di Tarakan katanya juga melayani Nunukan, KTT, intinya tidak usah sudah layani selama ini kan Balikpapan semua. Memang kalau dipikir karena satu-satunya di Kaltara prioritaskan dulu Tarakan, mudah-mudahan kedepan seperti itu,” terangnya.

Penyelesaian persoalan LPG 3 Kg ini, kata Rusli perlu kerjasama semua pihak baik Disdagkop dan UMKM, pertamina, pangkalan, PGN, Lurah hingga Ketua RT dalam hal pendataan. Tujuannya distribuso LPG 3 Kg tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Kalau menurut pertamina katanya tidak ada kelangkaan, tapi saya melihat dilapangankan berbeda. kalau betul-betul tidak ada yang mengambil lagi biar saja disitu itu kan untuk orang Tarakan, jangan bawa keluar dulu boleh keluar tapi kalau ada kelebihan,” pesannya.(Mt)

Artikel ini telah dibaca 209 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

Dukung Kesiapan Kerja Mahasiswa Kaltim, Kilang Pertamina Unit Balikpapan Gelar Program Ulun Begawi Project 2.0

22 Mei 2025 - 20:31

SKK Migas Ajak Investor Jajaki Potensi Hulu Migas Nasional

22 Mei 2025 - 13:39

BI Kaltara Edukasi Pedagang Kenali Keaslian Rupiah dan Manfaatkan QRIS

22 Mei 2025 - 12:06

Stok BBM di Balikpapan Aman, Pertamina Siap Berkolaborasi dengan Pemkot

22 Mei 2025 - 10:45

Minimalkan Dampak Krisis BBM, Wali Kota Tegaskan SPBU Beroperasi 24 Jam

22 Mei 2025 - 08:27

Pertamina dan Wali Kota Balikpapan Cek Lapangan: Penyaluran Telah Normal, Antrian Berkurang

21 Mei 2025 - 23:33

Trending di Daerah