TANJUNG SELOR – DPRD Provinsi Kalimantan Utara menilai untuk sistem perdagangan tradisional antara warga Krayan dan Bakelalan, Serawak Malaysia masih dibutuhkan, serta perlu dihidupkan kembali agar kebutuhan warga disana selalu terpenuhi dengan baik.
Apalagi mengingat sistem perdagangan ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat kedua negara yang memang masih memiliki unsur kekerabatan yang terus terjalin baik sampai saat ini.
Terkait hal itu, Yakob Palung, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Kalimantan Utara, beberapa waktu lalu menceritakan, menurutnya kalau kita semata hanya menerapkan aturan perdagangan melalui sisem asosiasi, tentu hanya terbatas pada mitra kerja mereka saja, seperti koperasi sebagai anggota dari asosiasi tersebut.

Sementara selama ini untuk memenuhi kebutuhan warga perbatasan sejak dulu kala masih mengandalkan sistem perdagangan tradisional tersebut.



“Artinya semua harus berjalan beriringan, baik perdagangan melalui asosiasi maupun perdagangan tradisional sama-sama bisa berjalan, karena hakekatnya semua untuk memenuhi kebutuhan masyarait secara luas, †ujar Yakob Palung.
Yang tidak kalah penting agar tidak terjadi kecemburuan sosial dari masyarakat sebagai pedagang tradisional harus bisa kembali melaksanakan kegiatan nya. Mengingat sejak dulu para pedagang ini merupakan pelaku ekonomi yang handal guna memenuhi kebutuhan warga di perbatasan Krayan tersebut.

Agar semuanya berjalan sesuai harapan, Yakob Palung juga menghimbau kepada pemerintah untuk terus melakukan pengawasan. Khususnya pengawasan terhadap masuk keluarnya barang-barang terlarang seperti Miras dan narkoba.
“Harapan lain nya, karena kita adalah satu rumpun, pada pedagang di wilayah Malaysia bisa pula menekan harga barang supaya daya beli warga tetap terjaga, †imbuh Yakob Palung.
Di bagian lain ia juga menambahkan, bahwa sampai saat ini warga yang ada di pedesaan di Krayan masih menunggu penerbangan barang subsidi masuk kewilayah mereka.
“Harapan saya ini benar-benar bisa segera dijalankan dengan hati mengingat sampai saat ini warga masih terus menggantungkan kebutuhan mereka kepada negara tetangga, †ungkapnya.
Dengan kondisi ini, ia mengaku miris, karena sampai saat ini warga diperbatasan masih berkutat dengan harapan-harapan, padahal sebagai anak bangsa mereka sangat mencintai negeri ini, ingin seperti saudara mereka yang ada ditempat lain yang kebutuhan nya selalu tercukupi bahkan boleh dikatakan berlimpah.
Belum lagi kesulitan mereka dengan kerap ditutupnya pintu masuk keluar perbatasan. Kalau boleh dikatakan kapan mau dibuka baru terbuka pintu lintas batas tersebut. Tentu warga akan merasa kesulitan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan nya. (*)