Menu

Mode Gelap
Capaian WTP Harus Berkorelasi dengan Pembangunan Daerah Gubernur Bantu Pembangunan Masjid Al Ikhlas Polairud Polda Kaltara Gubernur Santuni Pemilik Taman Pendidikan Alquran (TPA) Pantai Amal yang Terbakar Percepat Herd Immunity, Kodim Tarakan Gelar Serbuan Vaksin Untuk Pelajar Sinergikan Pemerintah Pusat dan Daerah, Pemprov Gelar Rakor GWPP

Daerah · 1 Des 2024 12:21 WITA ·

Punya Potensi, DPRD Tarakan Dorong KSM Ramah Lingkungan Binaan Pertamina EP Kembangkan Fame


Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Simon Patino kunjungi KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com Perbesar

Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Simon Patino kunjungi KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com

TARAKAN – Fatty Acid Methyl Ester (Fame) atau yang lazim dikenal sebagai biodiesel, belakangan ini tengah ramai digunakan sebagai alternatif bahan bakar energi fosil. Hal itu, menjadi perhatian Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Simon Patino.

Sebagai wakil rakyat, ia mendukung fame dikembangkan di Kota Tarakan. Dukungan tersebut, tunjukan dengan mendatangi langsung Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ramah Lingkungan Kelurahan Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Sabtu (30/11/24).

Perlu diketahui, KSM Ramah Lingkungan menjadi salah satu KSM yang melakukan pengolahan limbah minyak jelantah dari masyarakat menjadi biodiesel..

“Kedatangan saya kesini tindaklanjut pertemuan kami dengan mahasiswa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) tentang ketahanan energi terbarukan. Dari situ muncul ternyata di Kota Tarakan ini ada teman-teman Tarakan Timur bisa membuat fame, saya melihat peluang itu kenapa sesuatu yang ada tidak bisa kita kembangkan lebih baik lagi dan bisa menguntungkan buat masyarakat,” katanya.

Peluang ini, menggugah politisi Gerindra untuk mendukung pengembangan fame di Kota Tarakan. Menurutnya, apabila fame di kembangkan bisa menghasilkan keuntungan bagi masyarakat bahkan Pendapat Asli Daerah (PAD) melalui Perusahaan Milik Daerah (Perumda) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Saya dapat info mereka mencari (minyak jelantah) sebulan saja dapat 1 ton satu kelurahan. Kita ada 20 kelurahan bisa 20 ton itu baru dari rumah tangga. Belum lagi kalau kita datang ke warung-warung minta minyak makan berkas mereka, bisa terkumpul lebih banyak lagi itu baru seputar Tarakan belum berbicara Kalimantan Utara (Kaltara),” ujarnya.

Terkait pemasarannya, kata Simon untuk lokal masih perlu mempelajari terlebih dulu regulasinya, karena fame secara nasional di produksi salah satu perusahaan nasional. Dan itu ada kontrak payung dengan Pertamina Pemasaran.

“Saya kepingin adanya desentralisasi. Kalau seperti kontrak payung itu hanya menguntungkan beberapa kelompok saja, saya akan bawa ini ke nasional dan kita akan menghubungi teman-teman di DPR RI untuk mendapatkan dukungan,” jelasnya.

Tempat pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di.KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com

Simon mendorong para mahasiswa yang sedang melakukan penelitian terkait fame, bisa melakukan studi dan menyiapkan segalanya. Setelahnya dipresentasikan kepada anggota DPR RI agar mendapatkan dukungan.

“Supaya fame yang dihasilkan di KSM Ramah Lingkungan di Kampung Enam bisa dibawa menjadi program nasional. Harapannya kalau berhasil bisa dicontoh provinsi dan kabupaten serta kota lainnya di Indonesia,” ungkapnya.

Soal spesifikasi produk yang harus dipenuhi agar memenuhi standar dan layak jual, sebut Simon ada 20. Hanya saja, untuk pengujiannya belum diketahui harus dilakukan dimana.

“Hasil komunikasi dengan teman di Pertamina Pemasaran, ada 20 spesifikasi yang harus dipenuhi. Nah sedangkan disini saya lihat yang ada hanya Sucofindo, apakah dia bisa melakukan uji sesuai standar yang ditentukan Pertamina tersebut ini akan kita coba tanyakan,” bebernya.

Simon berharap KSM Ramah Lingkungan Kelurahan Kampung Enam menjadi tonggak awal usaha fame di Kota Tarakan, karena memiliki potensi besar. Untuk pengembangan biodiesel dari limbah minyak jelantah menjadi besar di Kota Tarakan, diperlukan Perumda atau BUMD.

“Skenarionya kalau normal, kita sudah tahu alatnya, nanti Perumda produksi dan selanjutnya menjual ke Pertamina. Kebetulkan Pertamina punya Depo, mereka membuat sistem bisa menerima fame dari Perumda seperti menerima BBM dari Pertamina Balikpapan,” tambahnya.

Simon menjelaskan sekarang ini, bahan bakar fosil hanya dipergunakan untuk alutsista. Sedangkan yang dijual di retail, sudah B30.

“Kita berharap nanti ketika bisa produksi B30 sesuai speksifikasi, kita bisa jual ke Pertamina. Jadi nanti Pertamina tinggal mengirim separuh minyak fosil untuk dicampur dengan minyak hasil produksi KSM guna memenuhi kebutuhan BBM di Tarakan,” pungkasnya.

Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Simon Patino bersama Comrel dan CID Zona 10 Tarakan Field M. Abrar Putra Siregar pembina KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com

Sementara itu, PT Pertamina EP (PEP) Tarakan Field sebagai pembina KSM Ramah Lingkungan, Kelurahan Kampung Enam, menyambut baik dorongan DPRD untuk pengembangan fame di Kota Tarakan. Comrel dan CID Zona 10 Tarakan Field M. Abrar Putra Siregar mengatakan pengembangan fame butuh kolaborasi semua stakeholder, karena tidak bisa lakukan sendiri.

“Saya mengucapkan terima kasih adanya kolaborasi stakeholder, karena program KSM supaya bisa mandiri perlu ada kolaborasi. Memang kendala kami dalam proses pengembangan energi terbarukan ini, diizinnya,” ucapnya.

Meskipun begitu, kata Abrar tidak menjadi kendala berarti bagi KSM Ramah Lingkungan. Hal itu telah dibuktikan dengan memanfaatkan minyak jelantah diolah menjadi biodiesel.

“Meskipun pemanfaatannya baru sebatas untuk mengurangi cost biaya produksi dari program ini. Dulunya teman-teman KSM untuk mengolah kompos butuh cost untuk beli solar, tetapi sekarang sudah tidak karena punya biodiesel sendiri yang mereka gunakan sejak 2016,” jelasnya.

Biodiesel yang diproduksi KSM Ramah Lingkungan, dijelaskan Abrar merupakan energi terbarukan yang perlu dikembangkan. Kedepannya, energi terbarukan ini bisa menjadi salah satu transisinya energi hijau dengan memanfaatkan bahan tidak berguna memiliki nilai jual tinggi.

“Ini merupakan inovasi yang perlu sama-sama kita kembangkan, hingga berlanjut ke regulasinya dan diproduksi lebih banyak massalnya. Sehingga pemanfaatan itu tidak hanya di kelompok kecil saja, tapi bisa secara menyeluruh,” pesannya.

Abrar menerangkan biodiesel yang dihasilkan KSM Ramah Lingkungan, sudah pernah dilakukan pengujian di Sucofindo untuk B20 dan B10. Berikutnya perlu naik level, karena semakin besar prosentase bio nya lebih bagus kualitas biodieselnya.

“Jadi yang perlu dilakukan uji sampel kembali. Kemudian kalau kita sudah komersil besar, perlu upgrade peralatannya secara safety nya serta peremajaan terkait beberapa pelatihan,” sebutnya.

Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan Simon Patino melihat biodiesel yang diolah di KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com

Ketua KSM Ramah Lingkungan, Kampung Enam, Sarji memambahkan kapasitas peralatan pengolahan biodiesel yang ada ini, mencapai 200 liter. Hanya saja optimal produksinya sampai 150 liter.

“Kami satu bulan optimalnya bisa memproduksi pakai sistem manual itu 200 liter sampai 300 liter. Karena proses pengolahan minyak jelantah ini perlu dipilah-pilah, jadi misalkan dia emulsi ringan semakin mudah mengolahnya begitupun sebaliknya,” terangnya.

Sarji menuturkan dalam pengolahan biodiesel, KSM Ramah Lingkungan membutuhkan bahan baku seperti minyak jelantahnya, alkohol, soda api dan alat pemanas.

“Untuk alat pemanas kita sekarang sudah menggunakan gas LPG, itu jauh lebih murah bila dibandingkan dengan yang lainnya. Kalau menggunakan biogas itu murah, cuma dihitung dari waktu dan tenaga lebih mahal,” ujarnya.

Dalam memproduksi biodiesel, kata Sarji dirinya hanya menggunakan perkiraan menentukan komposisinya. Makanya perlu dilakukan uji laboratorium untuk memastikan hasil olahan KSM sudah memenuhi standar atau belum.

“Selama ini saya mengolah minyak jelantah hanya perkiraan-perkiraan saja, belum menggunakan hitungan sesuai hasil uji laboratorium. Hasilnya kalau digunakan untuk mesin dompeng bisa, tapi mobil jangan dulu resiko tinggi karena belum mengetahui kelayakan seperti apa,” katanya.

Sarji mengungkapkan awal melakukan pengolahan biodiesel ini, karena melihat banyaknya limba minyak jelantah di masyarakat. Berawal dari situ, tercetus ide atau inovasi untuk mengolah dan dimanfaatkan minyak jelantah sebanyak-banyaknya.

“Kan ilmu saya apa sih cuma pelaku, tapi batas kewenangan saya juga terbatas. Ini perlu bantuan bapak dewan dan pemangku kepentingan dalam pengembangan fame terutama peralatan dan regulasi, karena peralatan digunakan masih seadanya,” bebernya.

Kendalanya dihadapi KSM Ramah Lingkungan untuk menjual hasil produksi biodiesel, disebut Sarji soal pasarnya. Ini menjadi PR dan perlu analisa lebih mendalam agar biodieselnya punya nilai jual.

“Alhamdulillah anggota dewan ini punya rakyat, sekarang rakyat tanpa curhat sudah dilihat ini luar biasa. Harapannya kepada anggota DPRD Kota Tarakan pak Simon bisa membantu biodiesel produksi KSM Ramah Lingkungan punya nilai jual,” harapnya.

Mahasiswa S1 Kebidanan UBT melakukan penelitian soal pengolahan sampah di KSM Ramah Lingkungan Kampung Enam. Foto : Fokusborneo.com

Mahasiswa S1 Kebidanan Universitas Borneo Tarakan (UBT) Nurjanah Ridwan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan KSM Ramah Lingkungan dalam pengolahan sampah. Menurutnya, sampah ini merupakan permasalahan sangat krusial bagi masyarakat.

“Saya sendiri dari kesehatan menilai tentunya sampah ini menjadi sumber penyakit. Kami tidak ingin penyakit terus bertambah, dan sebagai mahasiswa ingin turut serta dalam pengembangan dan keberlanjutan dari adanya program ini,” ungkapnya.

Kepeduliannya ini, Nurjanah bersama teman-teman tunjukan dengan melakukan riset kajian pustaka dan uji langsung di KSM Ramah Lingkungan. Selain itu, melakukan pendekatan ke masyarakat agar tidak buang sampah sembarangan.

“Harapan kami masyarakat peduli kepada sampah-sampah yang ada, dimulai dari rumah sendiri dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas dari sampah. Ini menjadi tugas besar kami untuk mengajak masyarakat, bagaimana merawat bumi kita sendiri salah satunya tidak membuang sampah sembarangan,” tutupnya
(**)

Artikel ini telah dibaca 171 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Pencapaian Strategis HSSE Elnusa di 2024: Better Safe than Sorry!

16 Januari 2025 - 15:22 WITA

Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang Kota Balikpapan Susun Rencana Penataan, Stadion Batakan Akan Dilengkapi Jogging Track

16 Januari 2025 - 15:14 WITA

Wujud Negara Hadir, Pemerintah dan PLN Berhasil Listriki 99,92 Persen Desa di Seluruh Indonesia

16 Januari 2025 - 15:01 WITA

BPBD Malinau Salurkan Bantuan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir 

16 Januari 2025 - 06:49 WITA

Penggeledahan Jaksa di Kantor Dishub Malinau, Ajang Tegaskan Tetap Kooperatif

15 Januari 2025 - 16:32 WITA

Pemprov Gelar Kegiatan Pendampingan LKJIP Dan Pohon Kerja Tim SAKIP Kaltara 2025

15 Januari 2025 - 16:16 WITA

Trending di Daerah