Diantara rindu yang tertahan itu adalah Nunukan. Bertemu 5 orang spesial dan para relawan. Dan rindu itu pun terbayarkan.
Oleh: Doddy Irvan
Lima orang itu adalah Irwan Sabri, Hermanus, Irsan Humokor, Arming dan Sadam Husein.

Dua orang pertama Bupati dan Wakil Bupati. Mereka berdua kini memikul tanggung jawab besar membangun Nunukan.



Nah, tiga orang lainnya adalah para jenderal lapangan Deddy Sitorus di Nunukan. Merekalah yang membangun jaringan, merekrut relawan dan mencari suara.
Terbukti dan teruji. Tiga Korea ini berhasil menjadikan Nunukan basis terkuat. Pendulang suara terbanyak selama dua periode. Tak heran dalam kunjungan kali ini Nunukan menjadi prioritas. Agendanya cuma dua. Bertemu mereka berlima dan relawan. Malamnya ngopi sampai pagi.

Memang setelah Pemilu lalu, Deddy Sitorus tidak sempat mengucapkan terimakasih kepada relawan secara langsung. Yah, wajar, Deddy Sitorus terkurung dinamika politik di Jakarta. Apalagi, striker PDI Perjuangan ini ditunjuk menjadi Ketua DPP Pemenangan Pemilu Eksekutif. Jadilah, berkunjung ke Kaltara menjadi barang mewah baginya.
Kesibukan Deddy sambung menyambung. Usai Pemilu lanjut Pilkada serentak. Ia sempat ke Krayan dipenghujung jadwal kampanye Pilkada. Irwan Sabri meminta Deddy hadir sebagai juru kampanye nasional. Setelah itu balik Jakarta.
Halal bi halal bersama relawan ini digelar di cafe Sayn. Di depan alun alun. Tak disangka-sangka hadir pula Bupati Irwan Sabri. Ia pasti merasa berdosa jika tidak hadir di acara itu. Bagaimana tidak, PDI Perjuangan dan Deddy Sitorus punya andil terbesar dalam kemenangannya di Pilkada Nunukan.
Irwan Sabri bercerita: “Tidak mudah saya mendapat rekomendasi PDI Perjuangan. Saya harus bisa meyakinkan Bang Deddy. Bahwa saya akan bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat Nunukan. Terutama fokus membangun Kabudaya, Sembakung dan Krayan yang selama ini jauh tertinggal,” kisah Irwan Sabri.
“Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada Bang Deddy, seluruh Kader PDI Perjuangan dan para relawan. Terbukti walau kami pasangan yang paling sedikit jumlah kursinya tapi bisa memenangkan pertarungan,” lanjut Irwan disambut pekikkan merdeka.
Kini Sadam Husein bicara mewakili relawan. Penampilannya berbeda. Biasanya, Sadam bercelana jeans dan kaus oblong. Nah, siang itu Ia mengenakan celana kain hitam dan kemeja putih. Rapi sekali. Deddy sempat nyeletuk.
“Tumben lu rapi Dam. Sampai baju dimasukan dalam celana,” goda Deddy.
“Anu Bang, habis upacara,” jawab Sadam tersipu malu.
Halal bi halal ini memang penuh canda dan tawa. Mewakili relawan, Sadam secara terbuka mengakui kawan-kawan di Nunukan menganggap Deddy Sitorus tidak sekadar bos bagi mereka.
“Bang Deddy ini adalah guru dan mentor politik bagi kami. Kita banyak belajar, bagaimana bekerja tulus untuk rakyat,” tegasnya.
Yah, Sadam kini naik pangkat. Sebelumnya selama satu periode Ia Tenaga Ahli (TA) di Dapil. Pada pemilu lalu, Deddy mendorong anak-anak muda yang berada di sekitarnya untuk maju dalam Pemilu Legislatif. Salah satunya adalah Sadam. Ia dikenal aktivis yang menonjol. Banyak mengadvokasi persoalan buruh. Kini Sadam duduk di DPRD Kabupaten Nunukan mewakili Dapil 1.
Giliran Arming didapuk berpidato. Sama seperti Sadam, Arming pun kini mengenakan pin DPRD Provinsi Kaltara. Pembawaannya tidak berubah. Tetap lucu dan ceria.
“Saya akan kerja seperti Bang Deddy. Tanpa perhitungan untuk rakyat. Begitulah cara wakil rakyat menyapa,” kata Arming diikuti tawa satu ruangan.
Sekarang waktunya Deddy Sitorus menyampaikan tauziah politik kepada para juniornya.
“Yang pertama. Tidak boleh menggadaikan SK DPRD untuk beli mobil,” kata Deddy Sambil tertawa.
Sadam dan Arming tersipu malu mendengan ucapan seniornya itu.
“Kenapa tidak boleh. Bagaimana kalian bisa menyatu dengan rakyat kalau gaya hidup kalian berubah. Setiap bulan hanya mikirin cicilan. Itulah namanya sikap politik. Kita ini digaji pakai uang rakyat. Uang itu harus kembali ke rakyat. Bukan ke Bank atau Pegadaian.” Satu ruangan tertawa renyah mendengar kalimat itu.
Tidak lupa Deddy juga mengingatkan Irwan Sabri untuk memperhatikan infrastruktur di luar pulau Nunukan.
“Kabudaya masih jauh tertinggal. Krayan terisolir. Sembakung tiap tahun banjir. Tolong itu jadi prioritas Bupati. Jangan hanya ngobok-obok Pulau Nunukan,” kata Deddy
Kaderisasi di Nunukan terus berjalan. Tongkat estafet kini beralih kepada jenderal-jenderal muda. Seperti Aswan dan kawan-kawan.
Nunukan memang luas dan menantang. Kunjungan disesi perdana ini baru menjangkau relawan Nunukan dan Sebatik. Sedangkan Kabudaya, Krayan dan Sembakung giliran berikutnya. Deddy juga menaruh rindu ingin berjumpa, Kernain, Udin Gaharu, Darboy, Devco, Kasim dan kawan-kawan.
Safari Nunukan ini pun berakhir di cafe Ocean. Menikmati secangkir kopi sambil membanting kartu domino. Tapi tanpa nasi basi.(**)