Menu

Mode Gelap

Daerah · 25 Mei 2024 17:44 WITA ·

Ribuan Undangan Hadiri Prosesi Pekiban Putra Kapolda Kaltara


					Ribuan tamu undangan menghadiri prosesi Pekiban atau pernikahan adat Dayak Kenyah, putra Kapolda Kaltara Irjen Daniel Adityajaya,
Johan Nathaniel Ega dengan Elva Waniza,  putri Kepala adat besar Apau Kayan, Ibau Ala di gedung Pesparawi Tanjung Selor pada Jumat 24 Mei. 

Perbesar

Ribuan tamu undangan menghadiri prosesi Pekiban atau pernikahan adat Dayak Kenyah, putra Kapolda Kaltara Irjen Daniel Adityajaya, Johan Nathaniel Ega dengan Elva Waniza, putri Kepala adat besar Apau Kayan, Ibau Ala di gedung Pesparawi Tanjung Selor pada Jumat 24 Mei.

TANJUNG SELOR – Ribuan tamu undangan menghadiri prosesi Pekiban atau pernikahan adat Dayak Kenyah, putra Kapolda Kaltara Irjen Daniel Adityajaya,

Johan Nathaniel Ega dengan Elva Waniza, putri Kepala adat besar Apau Kayan, Ibau Ala di gedung Pesparawi Tanjung Selor pada Jumat 24 Mei.

Prosesi Pekiban dimulai dari kedatangan rombongan pengantin pria di rumah pengantin wanita di jalan Jeruk Tanjung Selor.

width"450"

Ketua Lembaga Adat Dayak Kenyah (LADK) Kaltara, Ingkong Ala mengatakan, Pekiban merupakan budaya tradisi pernikahan adat yang dilakukan para leluhur suku Dayak Kenyah hingga saat ini.

“Tradisi Pekiban dulunya hanya dilaksanakan oleh Bangsawan yang dikenal dengan Da’ta’u (Paren) atau orang terpandang dikalangan masyarakat Dayak Kenyah,” kata Ingkong Ala yang juga menjabat Wakil Bupati Bulungan.

“Tradisi ini melibatkan semua masyarakat desa atau kampung yang satu wilayah dengan kepala adat besar,” lanjutnya.

Baca Juga : Pekiban Dayak Kenyah Warnai Pernikahan Putra Kapolda Kaltara

Ia menjelaskan, selain melibatkan para sesepuh adat, prosesi Pekiban juga menggunakan simbol dan peralatan adat seperti tikar rotan (Lampit) yang melambangkan tempat kedua mempelai duduk bersama menyatukan hati, bermusyawarah, merencanakan dan menyelesaikan permasalahan di keluarga.

“Kemudian, Ampit atau rantai besi yang digunakan untuk menyatukan kedua keluarga sehingga jadi kuat dan tidak bisa dipisahkan. Selain itu, 2 buah gong (Taweq) sebagai singgasana tempat kedua mempelai duduk,” jelas Ingkong Ala.

Selanjutnya, Parang hias (Sua Pok) digunakan sebagai simbol untuk membuka atau merintis jalan kehidupan sekaligus memotong semua penghalang keluarga mempelai.

“Tempayan (Tayan) melambangkan tempat semua keluarga dan mempelai satukan, hidup rukun dan damai. Gong (Taweq) sebagai atap besi yang kuat untuk melindungi kedua mempelai dari terik matahari, hujan dan gangguan lainnya,” imbuhnya.

“Air Penyeleng atau air kehidupan bermakna membersihkan diri dankehidupan keluarga kedua mempelai,” kata Ingkong Ala.

Ia menambahkan, kedua mempelai sebelumnya telah mengikuti proses pemberkatan nikah di gereja di Mapolda Kaltara dan prosesi adat Jawa di Jakarta.

“Tidak lengkap rasanya jika Pekiban ini tidak dilaksanakan, saya mewakili keluarga besar kedua mempelai mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doa restunya sehingga acara ini berjalan dengan baik,” tutupnya.(*)

Print Friendly, PDF & Email
Artikel ini telah dibaca 34 kali

blank badge-check

Redaksi

blank blank blank blank
Baca Lainnya

Lapas Tarakan Bekerjasama RSUD dr Jusuf SK Edukasi Bahaya Narkoba ke Warga Binaan

27 Juli 2024 - 10:02 WITA

blank

Kolaborasi Kementerian Kesehatan, KPK, BPKP dan BPJS Kesehatan dalam Pencegahan dan Penanganan Fraud

27 Juli 2024 - 07:53 WITA

blank

Titip Sendal, Cerminan Korupsi Dalam Kehidupan Setiap Hari

27 Juli 2024 - 07:28 WITA

blank

KUPP Sungai Nyamuk Raih Penghargaan Kehumasan

26 Juli 2024 - 11:03 WITA

blank

Persiapan Upacara  HUT 17 Agustus  dI IKN, SAMS Sepinggan Merubah  Flow Pickup Zone

26 Juli 2024 - 07:41 WITA

blank

Ketua Umum PSI Dukung Ibrahim Ali – Sabri

25 Juli 2024 - 20:14 WITA

blank
Trending di Daerah