TARAKAN,Fokusborneo.com– Ratusan prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 614/Raja Pandita kembali ke Kalimantan Utara usai 14 bulan bertugas menjaga perbatasan RI–Papua Nugini. Pulang dalam kondisi sehat dan lengkap, paragraf prajurit sekaligus membawa sejumlah inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat Papua.
Upacara penerimaan Satgas Pamtas RI-PNG digelar di Dermaga Kodaral XIII Tarakan, Selasa (16/9/2025) Sebanyak 450 personel disambut hangat oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Pemerintah Provinsi Kaltara.
Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang, yang hadir dalam penyambutan itu menyampaikan apresiasi tinggi atas keberhasilan Satgas Yonif 614. Menurutnya, penugasan di wilayah perbatasan bukanlah hal mudah, karena selain menjaga keamanan, prajurit juga dituntut membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat.
“Keberhasilan ini merupakan bukti profesionalisme, disiplin, serta sinergi antara TNI, pemerintah, dan masyarakat. Saya sangat mengapresiasi prajurit Yonif 614 karena mampu menghadirkan inovasi yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Papua,” ucapnya.
Zainal berharap kemampuan prajurit dalam membangun PLTMH dapat diadopsi di Kalimantan Utara, khususnya desa-desa yang belum teraliri listrik. “Kemampuan ini sangat luar biasa dan sejalan dengan program Desa Bersinar dan Desa Bercahaya. Mudah-mudahan bisa disinergikan dengan pemerintah provinsi untuk menerangi desa-desa di Kaltara,” tuturnya.
Sementara itu, Komandan Yonif 614/Raja Pandita, Letkol Inf Ardiansyah, S.Sos, mengatakan para prajurit ditempatkan di empat kabupaten Papua Pegunungan, yakni Lanny Jaya, Tolikara, Mamberamo, dan Jayawijaya.
“Selama pelaksanaan penugasan, kami aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat. Salah satunya dengan membangun pembangkit listrik tenaga mikro hydro (PLTMH) di tiga lokasi, serta pipanisasi air bersih di tiga tempat,” ungkapnya.
Tak hanya itu, prajurit juga membangun mushola di wilayah Lanny Jaya, menyalurkan bantuan sembako, hingga mengadakan program makanan bergizi gratis setiap Minggu setelah ibadah gereja di sekitar pos-pos.
Ardiansyah menegaskan, inovasi yang dilakukan tidak hanya menjadi kenang-kenangan berharga bagi masyarakat Papua, tetapi juga bisa diterapkan di Kaltara.
“Menanggapi ketertarikan Gubernur Kaltara dengan PLTMH, tentu kami siap jika diminta membangunkan di desa-desa. Hal ini sejalan dengan program Kaltara Bersinar,” ujarnya. (*)