TANJUNG SELOR, Fokusborneo.com -Konferda yang juga dirangkai dengan Konfercab ini dipimpin langsung Sekjen. PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Hadir pula “juru kunci” Dapil Kaltara Deddy Sitorus dan cucu pertama Bung Karno, Puti Guntur Soekarno.
Saya dapat tugas menjemput rombongan di Bandara Kalimarau Berau, Kalimantan Timur. Pagi sekira pukul 07.15 take-off dari Bandara Juwata Tarakan. Naik pesawat Cessna Caravan milik Smart Air.
Ya, tujuan rombongan ke Tanjung Selor kali ini via Berau. Bukan Tarakan. Pertimbangannya, Konferda dimulai pukul 13.00. Penerbangan yang cocok adalah Batik Air. Terbang subuh dari Jakarta. Tiba di Kalimarau pukul 08.15.
Pesawat Smart yang saya tumpangi landing pukul 07.40. Sedangkan Batik dalam posisi menurunkan ketinggian di atas Sangata. Sambil menunggu Batik, bersama Capten Oscar asal Papua Pegunungan kami ngopi sejenak.
Tepat pukul 08.15 Airbus 320 Batik Air touch down di ujung runway. Kami bersiap menjemput di terminal kedatangan. Tawa Deddy Sitorus yang khas terdengar di pintu pesawat sambil melangkah di gerbarata. Disusul Hasto dan Puti. Wajah Hasto tampak kelelahan. Sepertinya Ia tidur sepanjangan penerbangan.
Bersama Rudi Simangunsong Anggota DPRD Berau yang turut menjemput, rombongan diistirahatkan di launch. Nasi kuning telah menunggu. Kopi hangat pun tinggal diseduh.
Saya mengontak teman-teman panitia Konferda yang stanbye di Bandara Tanjung Harapan. Mengabarkan rombongan sudah berada di Berau. Sesuai jadwal, penyambutan akan berlangsung pukul 10.00.
Deddy Sitorus membisiki saya. Hasto ingin bertemu tiga orang Suster Katolik. “Lu tunggu di depan. Ada tiga suster yang mau ketemu Mas Hasto,” ujar Deddy berbisik.
Ternyata suster yang dimaksud sudah berada di depan Launch. Saya mempersilahkan mereka menunggu di ruang VIP. Sambil menanti Sekjen berganti baju di kamar mandi.
Ditengah pertemuan saya terus berkoordinasi dengan teman-teman Tanjung Selor. Mengecek persiapan terakhir penyambutan. Rombongan petinggi PDI Perjuangan ini akan diterima dengan upacara adat.
Tidak terasa 40 menit berlalu. Saya kontak Capten Oscar untuk mempersiapkan pesawat. Sebelum menuju apron. Deddy masuk ke ruang VIP, memberi tahu bosnya itu kita harus segera terbang ke Tanjung Selor.
“10 menit lagi ya,” kata Hasto.
Ternyata obrolan belum selesai. Lima menit kemudian Hasto, Puti dan 3 suster keluar. Sebelum pergi Hasto minta foto bersama. Termasuk dengan beberapa kader PDI Perjuangan Berau yang ikut menjemput.
Setelah itu kami turun ke apron. Oscar dan kopilotnya sudah bersiap di luar pesawat. Saya tanya soal cuaca di Tanjung Selor. Oscar mengangkat jempolnya. Berarti cuaca bagus. Saya pun lega. Sebelum naik pesawat kami kembali berfoto dengan latar belakang pesawat. Kenang-kenangan.
Penerbangan dari Kalimarau menuju Tanjung Harapan cuma 20 menit. Hasto, Deddy dan Puti duduk di seat depan. Mereka bertiga sambil mengobrol. Deddy yang sudah hafal mati dengan rute ini menunjuk daratan yang ditumbuhi Kelapa Sawit.
Di atas Tanjung Selor pesawat berputar. Oscar dapat perintah dari menara ATC landing dari arah kantor gubernur. Dari atas kami melihat banyak orang berbaju merah di halaman terminal bandara. Itulah para penyambut tamu penting dari Jakarta ini.
Roda pesawat landing mulus. Lantas berbelok kekanan. Mengikuti perintah pemandu darat. Oscar memarkir pesawat sejajar dengan apron. Propeller berhenti berputar. Pintu pesawat dibuka. Di luar Albertus Baya siap menyambut. Hasto, Deddy dan Puti turun. Bersalaman dan berbaris. Para petinggi ini diberi cindera mata. Topi kebesaran, rompi dan Mandau khas Dayak.
Menariknya salah satu yang mengalungkan manik-manik ke Deddy Sitorus adalah dr Khairul. Loh, kok Walikota Tarakan itu ada di Tanjung Selor?
“PDI Perjuangan kan salah satu partai yang mengusung saya di Pilwali. Makanya saya harus hadir menyambut Pak Hasto,” ujar Khairul.
Upacara penyambutan ini menggunakan dua adat. Dayak dan Bulungan. Selsai. Rombongan bergegas menuju Hotel Luminor. Di teras hotel, puluhan kader sudah menunggu. Mereka bersiap-siap mengikuti Konferda dan Konfercab.
Jangan membayangkan Konferda PDI Perjuangan seperti partai lain. Berdebat sengit. Dimulai dari pengesahan jadwal. Tata tertib hingga pemilihan pimpinan sidang. Biasanya lempar-melempar kursi sudah menjadi bumbu penyedap di setiap rapat pemilihan pengurus baru di daerah.
Di PDI Perjuangan, tidak ada tradisi itu. Hasto memimpin langsung jalannya Konferda. Didampingi Deddy Sitorus dan Puti Guntur Soekarno. Makanya tidak heran forum tertinggi di daerah itu berjalan efektif. No debat.(pai/bersambung)














Discussion about this post