TARAKAN, Fokusborneo.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menggelar rapat gabungan komisi untuk membahas penataan Pelabuhan Tengkayu 1 Kota Tarakan yang dinilai semrawut.
Rapat ini digelar bersama stakeholder terkait, termasuk Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPR-Perkim), Dinas Perhubungan, serta UPTD Pelabuhan Tengkayu 1.
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Pertemuan Hotel Tarakan Plaza, Kamis (13/11/25), dipimpin Wakil Ketua DPRD Provinsi Kaltara, Muddain, didampingi Wakil Ketua Komisi IV, Syamsuddin Arfah, dan turut dihadiri Pjs. Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kaltara, Bustan.
Ketua Komisi 3 DPRD Kaltara, Jufri Budiman, menjadi salah satu yang paling vokal menyoroti kondisi pelayanan di Pelabuhan Tengkayu 1.
Ia menyayangkan kondisi pelabuhan yang merupakan ikon dan pintu masuk utama Kaltara tersebut terlihat tidak teratur.
”Pelabuhan ini adalah ikon dan wajah kita. Kenapa untuk mengaturnya saja kita tidak bisa?” tegas Jufri dalam rapat tersebut.
Jufri Budiman memaparkan beberapa usulan dan masukan konkret untuk segera menata kesemrawutan yang ada, terutama terkait penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). “Tidak susah saya bilang, kalau kita memang punya niat,” ujarnya.
Ada tiga poin utama yang diusulkan Jufri Budiman. Pertama adalah memindahkan para PKL yang saat ini tidak teratur ke area koridor pelabuhan.
Jufri menyadari keluhan pedagang penumpang jarang melewati koridor karena langsung menuju bus. “Saya berikan masukan. Kalau PKL dipindah ke koridor, harusnya bus itu juga diatur,” jelasnya.
Ia menyarankan agar lokasi pemberhentian bus diatur sedemikian rupa sehingga semua penumpang, termasuk anggota DPRD, wajib melalui koridor tersebut.
“Berhentikan saja busnya agak jauh supaya para penumpang lewat dari koridor itu,” tambahnya.
Menanggapi keluhan PKL jika koridor terlalu panas, Jufri menawarkan solusi kedua agar area yang saat ini dijadikan tempat parkir mobil di bagian depan, dialihfungsikan menjadi sentra PKL terpadu.
”Ya sudah, dibuat saja yang di depan yang sekarang jadi parkir mobil itu. Dibuatkan kanopi saja,” usulnya.
Menurut Jufri, pembangunan kanopi tersebut tidak akan memakan biaya besar, diperkirakan tidak sampai Rp 500 juta. Dengan penataan ini, pedagang mendapat tempat yang layak, dan alur penumpang setelah keluar dari koridor bisa diarahkan melewati sentra PKL tersebut.
”Supaya tidak ada lagi keluhan pedagang sendiri tidak bisa menjual atau tidak mendapatkan customer,” kata Jufri.
Poin ketiga yang menjadi sorotan tajam Jufri Budiman adalah masalah parkir. Ia mengaku bingung melihat area parkir yang selalu penuh, bahkan sejak pagi hari, padahal fungsinya adalah sebagai zona penjemputan.
”Saya bingung juga, pagi-pagi kok parkiran penuh banget. Orangnya ke mana mobilnya banyak sekali?” tanyanya.
Ia mengungkapkan berdasarkan informasi, area parkir tersebut banyak digunakan untuk memarkir kendaraan travel dan orang berangkat dalam waktu lama. Akibatnya, ia sendiri kini jarang menggunakan zona parkir penjemputan yang semestinya.
Jufri menegaskan tiga poin ini telah dibahas dan diharapkan dapat segera ditindaklanjuti UPTD Pelabuhan dan Dinas Perhubungan terkait untuk memperbaiki wajah Pelabuhan Tengkayu 1.(**)














Discussion about this post