BALIKPAPAN, Fokusborneo.com — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan menyampaikan bahwa Kecamatan Balikpapan Utara saat ini menjadi wilayah dengan timbulan sampah tertinggi di kota tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Kabid DLH, Dodi, pada Selasa (25/11/2025) sebagai bagian dari pemetaan terbaru terkait beban pengelolaan sampah di tiap kecamatan.
Menurut Dodi, tingginya volume sampah di Balikpapan Utara tidak bisa dilepaskan dari jumlah penduduk yang mencapai sekitar 200 ribu jiwa. Angka tersebut menempatkan kecamatan ini sebagai wilayah dengan populasi terbesar di Balikpapan, sehingga aktivitas rumah tangga, komersial, maupun fasilitas layanan publik berada pada skala yang jauh lebih masif dibanding kecamatan lain.
“Sampah paling banyak berasal dari wilayah dengan penduduk terbanyak. Balikpapan Utara itu sekitar 200 ribu jiwa, jadi wajar jika volume sampahnya menjadi yang tertinggi,” ujar Dodi.
DLH mencatat intensitas pengangkutan di Balikpapan Utara lebih tinggi dibanding wilayah lain karena besarnya timbulan yang dihasilkan setiap hari. Kondisi ini menuntut efektivitas armada dan petugas lapangan, termasuk penambahan ritase pengangkutan di beberapa titik padat aktivitas.
Namun demikian, Dodi menegaskan bahwa pemerintah kota tidak hanya mengandalkan peningkatan frekuensi pengangkutan. Strategi jangka panjang justru diarahkan pada pengurangan sampah dari sumber, sehingga sampah yang harus diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat ditekan secara signifikan.
Sejalan dengan fokus tersebut, DLH terus mendorong pembentukan bank sampah, program pemilahan sampah rumah tangga, dan edukasi lingkungan di tingkat kelurahan. Balikpapan Utara menjadi salah satu kecamatan prioritas dalam pendampingan karena tingginya kebutuhan pengendalian sampah di wilayah tersebut.
Berbagai langkah strategis juga dilakukan melalui pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sebagai fasilitas perantara untuk mengurai sampah sebelum menuju TPA. Keberadaan TPST dinilai mampu meningkatkan efisiensi pengolahan, terutama untuk sampah organik dan anorganik yang berpotensi didaur ulang.
Menurut Dodi, keberhasilan pengendalian sampah di kecamatan padat penduduk tidak hanya ditentukan oleh kapasitas pemerintah, tetapi sangat bergantung pada perubahan perilaku masyarakat.
“Kalau hanya mengandalkan petugas, tidak cukup. Perlu kesadaran warga dalam memilah dan mengurangi sampah agar beban wilayah seperti Balikpapan Utara bisa berkurang,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor menjadi faktor penting untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah.
Dengan keterlibatan aktif warga, pengusaha, hingga komunitas lingkungan, beban timbulan sampah dapat dikendalikan meski jumlah penduduk terus bertambah.
DLH berharap berbagai langkah ini dapat menjaga agar lingkungan kota tetap bersih dan nyaman, terutama di wilayah yang memiliki tingkat kepadatan dan aktivitas ekonomi tinggi seperti Balikpapan Utara.
“Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama supaya kualitas lingkungan kota dapat terus terjaga secara berkelanjutan,” tegasnya. (oc)















Discussion about this post