Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie mendorong agar komponen eksekutif sektor pertanian di Kaltara untuk dapat mendorong dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani (KEP). “Saya kira jumlah lembaga petani, baik poktan maupun gapoktan di Kaltara masih kurang. Selain itu KEP juga minim, dari itu harus ditingkatkan keberadaannya agar perkembangan pertanian di Kaltara semakin membaik,†kata Gubernur.
Berdasarkan catatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara, jumlah poktan di Kaltara sebanyak 1.778 kelompok, gabungan kelompok tani 213 kelompok, dan KEP 38 lembaga. “Kenapa lembaga pertanian dan KEP penting, sebab akan memberikan nilai tambah yang besar terhadap kegiatan ekonomi pertanian ketimbang dilakukan secara individual,†jelas Irianto.
Selain itu, kegiatan perdagangan, pengangkutan, pengolahan dan lainnya akan lebih ekonomis jika dilaksanakan bersama-sama dan keuntungan pun semakin besar. “Kelembagaan pertanian, baik formal maupun informal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, produksi dan pendapatan petani,†ucap Gubernur.

Dalam penumbuhkembangan KEP itu, ada beberapa hal yang menurut Irianto harus diperhatikan. Yakni, harus fokus dalam meningkatkan jumlah KEP yang tumbuh dari kelembagaan petani, baik poktan maupun gapoktan. Lalu, mengedepankan peningkatan pengembangan kegiatan usaha agribisnis yang dilakukan KEP berbasis komoditas unggulan daerah sesuai potensi wilayah. Dan, fokus kepada peningkatan kinerja pengawalan dan pendampingan penyuluh pertanian dalam penumbuhkembangan KEP.



“Hasil akhirnya, adalah terwujudnya kesejahteraan petani Kaltara, dan peningkatan produktivitas pertanian tentunya,†ungkap Irianto.
Dalam hal produktivitas pertanian, Gubernur juga menyampaikan beberapa usulan pengembangan industri pertanian di Kaltara. Yakni, produk pertanian kopi, lada, kelapa dalam, beras, kakao, karet dan nanas.

“Untuk kopi, ada dua jenis produk jadinya di Kaltara. Yakni kopi bubuk dengan total produksi sekitar 05 hingga 5 ton di Malinau, dan kopi instan ‘kopi jahe’ yang total produksinya sekitar 23,41 ton di Tanjung Selor, Bulungan. Ini sangat potensial,†ulas Gubernur.
Untuk lada, ada 3 produk potensial yakni lada putih butir, lada hitam butir dan lada bubuk. Total produksinya mencapai 33,99 ton yang berada di Bulungan. “Kalau kelapa dalam, produknya VCO dengan total produksi sekitar 2.500 liter,†jelas Irianto.
Sementara beras, produknya berbentuk beras dalam kemasan dengan berbagai grade. Produksinya mencapai 3.800 ton yang berlokasi di Bulungan. “Ada juga kakao di Nunukan, Karet di Bulungan, dan nanas di Krayan, Nunukan,†papar Gubernur.
Dalam memenuhi ekspektasi itu, Irianto meminta agar setiap permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan. Diantaranya, masih rendahnya kualitas pengelolaan usaha tani secara efisien, jalinan kerjasama dengan pelaku agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan.
“Kapasitas kelembagaan petani juga masih lemah, serta KEP belum memiliki kekuatan hukum. Tak itu saja, akses petani terhadap sumber pembiayaan masih terbatas, termasuk terhadap ilmu pengetahuan dan informasi mengenai pertanian,†tutup Irianto.(humas)