TARAKAN – Pimpinan Komite II DPD RI Hasan Basri berharap seluruh rakyat Indonesia tidak menolak pemberian vaksin Covid-19 termasuk masyarakat Kaltara. Menurutnya, terjangkit Covid-19 tidak enak.
“Yang pertama vaksin ini kan program secara nasional pemerintah dan itu gratis untuk seluruh rakyat Indonesia, memang vaksin ini ada beberapa item yang tidak boleh di vaksin. Contohnya seperti saya yang pernah Covid tidak boleh di vaksin, kemudian mereka yang rentan terhadap penyakit alergi atau ibu hamil dan lain sebagainya itu tidak boleh di vaksin,” kata Hasan Basri, Selasa (12/1/21).
Sekarang pemerintah sudah melalui berbagai upaya agar vaksin bisa disuntikan kepada rakyat Indonesia seperti ijin dari BPOM dan sertifikasi halal dari MUI.
“Jadi saya berharap seluruh rakyat Indonesia terkhusus Kaltara mau menerima vaksin ini dengan baik. Walaupun untuk sekarang ini masih sangat terbatas dikhususkan bagian medis dulu. Kenapa karena memang proses nya memesan vaksin ini cukup pelik, sebab seluruh negara di dunia memesan vaksin tetapi kita khususnya biofarma itu kan punya keterbatasan gudang,” ujar HB.
Untuk vaksin yang pertama di distribusikan pemerintah, diprioritaskan untuk tenaga kesehatan. Kemudian nanti dilanjutkan dengan yang lainnya. “Contoh seperti Sinovac mereka pesan 50 juta, AstraZeneca 50 juta, Pfizer Inc 50 juta itu programnya 2021 dan 2022 totalnya 300 juta lebih. Tapi itu butuh waktu kurang lebih 15 bulan baru selesai sesuai penyampaian Menteri Kesehatan, pak Presiden bilang kalau bisa 12 bulan. Pemerintah sudah berbuat yang terbaik untuk negeri ini kita masyarakat harus mendukung.Yang tidak mau vaksin bagaimana itu ada aturan masing-masing daerah,” jelas Senator muda Kaltara.
Menceritakan ia sudah pernah merasakan terpapar Covid-19 tidak enak. Mari semua rakyat Indonesia mendukung program pemerintah untuk mau di vaksin.
“Saya kena diluar negeri dan seharusnya saya kembali 3 hari karena kena, akhirnya 14 hari baru bisa kembali. Sementara ini bagaimana mungkin pemerintah yang belum mau berikan dulu kepada yang mau karena toh vaksinnya juga masih kurang,” tutup Alumni Magister Universitas Borneo Tarakan.(iik)