MALINAU – Buntut kebijakan Gubernur baru provinsi Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang sejumlah pengerajin batik kebanjiran order kain batik.
Kebijakan tentang penggunaan baju batik khas Kaltara tersebut menjadi angin segar bagi pengerajin salah satunya di Kabupaten Malinau.
Di tengah himpitan ekonomi akibat pandemi Covid-19, tentu kebijkan ini mendorong perekonomian masyarakat khususnya industri kecil batik lokal.
“Alhamdulilah, saat ini kita selalu memproduksi hingga 50 picis kain batik Malinau dan kita kebanjiran orderan sejak adanya kebijakan pak gubernur,” kata Sulowati, salah seorang pengrajin batik di Kabupaten Malinau.
Bahkan, pengrajin batik Kabupaten Malinau kewalahan menerima orderan batik dari ASN Pemprov Kaltara, belakangan ini. Meski merasa kewalahan dalam menerima permintaan pasar, namun Sulowati mengaku sangat berterima kasih dengan kebijakan yang dibuat oleh Gubernur Kaltara.
Sulowati merasa kebijakan gubernur, telah banyak membantu perekonomian para pengrajin batik, sekaligus mendongkrak pasar untuk batik daerah.
“Baru menjabat sudah sangat membantu pengusaha kecil. Tentunya kita sangat bersyukur karena hal ini dapat menyelamatkan ekonomi para pengrajin di tengah pandemik Covid-19,” imbuhnya.
Sedangkan untuk harga, Sulowati menjelaskan ada variasi harga untuk batik khas Malinau, tergantung dari jenis kain dan motif dari batik yang dipesan oleh konsumen.
“Kalau batik biasa dan kualitas biasa harganya di angka Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Tapi yang biasa standar dipesan konsumen itu batik tulis kita, harganya Rp 350 ribu hingga Rp750 ribu, mahal tapi sesuai kualitas dan batik tulis ini yang memang paling banyak dicari,” katanya.
Mengenai motif batik, kata pemilik toko batik di Malinau, Tri Listiawan motif batik Busak Uwe kini menjadi pamor setelah dikenakan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara, belum lama ini.
“Kalau di Malinau sebenarnya sudah familiar dengan motif batik ini, namun tidak dengan yang di luar Malinau. Justru saat memesan batik ini, mereka malah bilangnya, saya ingin pesan batik motif Gubernur dan Wagub,” imbuhnya.
Ia pun tak heran dengan terkenalnya motif batik Busak Uwe setelah dibranding Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara.
“Secara tidak langsung malah membuat gubernur dan wagub, sebagai brandnya. Namun tidak masalah, karena hal itu juga yang membuat batik-batik Malinau menjadi terpasarkan,” ujarnya.
Sejak adanya kebijakan penggunaan batik daerah, Tri mengaku kebanjiran orderan, hingga ke seluruh wilayah Kaltara.
“Dulu pasaran kita hanya sekitar wilayah Malinau saja. Tapi sekarang sudah menjangkau seluruh wilayah Kaltara, karena banyak dari Tarakan, Nunukan, Bulungan dan KTT yang memesan ke pengrajin kita,” tutupnya. (*)