Menu

Mode Gelap

Daerah

Desa Tanah Merah Barat Lestarikan Kerajinan Anyaman Pandan dan Bambu


					Warga Desa Tanah Merah Barat meneruskan tradisi mengayam tikar daun pandan.Foto: Doc.Kantor Desa Tanah Merah Barat  Perbesar

Warga Desa Tanah Merah Barat meneruskan tradisi mengayam tikar daun pandan.Foto: Doc.Kantor Desa Tanah Merah Barat

TANA TIDUNG – Sebagai wujud cinta tanah air dan bangga menggunakan produk dalam negeri serta sebagai upaya pelestarian kearifan lokal, Desa Tanah Merah Barat terus mempertahankan budaya, melestarikan dan mengembangnya.

Salah satu yang terkenal di Desa Tanah Merah Barat sampai saat ini adalah produk anyaman, bahkan Desa ini dikenal sebagai kampung sentra industri kecil anyaman pandan dan bambu dengan slogan cinta tanah air itu bagian dari iman.

Tikar pandan atau dikenal warga Tanah Merah dengan sebutan Daun Belungis itu, dinilai hampir punah dengan banyaknya tikar moderen yang membuat tikar pandan sudah jarang di gunakan masyarakat.

width"250"

Penjabat Kades Desa Tanah Merah Barat, Fitriaty mengatakan, dalam rangka pelestarian kearifan lokal, aparat pemerintah desa menggelar pelatihan anyaman kepada masyakata.

width"400"
width"450"
width"400"

Tujuan dari pelatihan kepada warga terdiri dari ibu-ibu dan para remaja ini untuk mengajarkan kepada mereka dalam meneruskan tradisi mengayam tikar daun pandan.

Diakuinya, bahan yang dipakai untuk mengayam tersebut sangat susah untuk didapat saat ini. Bahan dari Daun Pandan ada dua jenis, Pandan Berduri dan tidak berduri. Yang mana telah dibudidaya sendiri agar ke depanya tidak susah mendapatkan bahan. Dan juga bisa menjadi pendapatan tambahan bagi warga.

width"300"

“Bahanya ini dari Daun Pandan, tapi bukan Daun Pandan yang sering kita pakai buat masak, ada daun pandan khusus yang dipakai untuk tikar, nah saat ini bahanya ini sudah susah dicari di sini. Makanya kami budi daya kan sendiri daun pandan ini agar mudah diambil dan di buat tikar,” ungkapnya.

Menurutnya, jika prospek mengayam tikar pandan ini baik maka akan dikembangkan untuk di jual dan menjadi tambahan penghasilan bagi warga. Akan ada kerja sama nantinya baik itu Bumdes atau Disperindagkop.

“Ini juga bisa menjadi penghasilan warga, tikar-tikar yang mereka buat bisa di jual nantinya. Apakah nanti melibatkan Disperindagkop atau Bumdes itu kita akan liat dulu karena ini masih dalam tahap pelatihan dulu,” katanya.

Ia berharap, bukan hanya tikar pandan yang akan dilestarikan akan tetapi semua jenis anyaman yang dari bahan daun pandan yang akan di kembangkan nantinya.

“Semoga apa yang telah diajarkan oleh orang tua kita dulu bisa menurun ke anak cucu dan ke depannya akan menjadi penghasilan tambahan bagi warga, khsusunya warga di Desa Tana Lia Barat ini,” pungkasnya.

Salah satu peserta mengayam Mayangsari mengungkapkan, bahwa tingkat kesulitan dalam mengayam adalah tantangan tersendiri, dan tidak semudah yang di bayangkan.

“Kalau dibilang susah ya tidak juga, memang saya pikir tadi mudah saja setelah saya anyam ternyata agak sulit tapi diajarkan caranya setelah berapa jam akhirnya sudah terbiasa meski pertama kesulitan,” kata Mayangsari.

Ia juga meminta kepada pihak desa untuk bisa berkontribusi untuk mengaplikasikan hasil dari anyaman warga, menurutnya tradisi mengayam tikar pandan di Ta omna Tidung sudah hampir punah. (her/iik)

Artikel ini telah dibaca 275 kali

badge-check

Writer

Baca Lainnya

HUT Ke-25, Pakuwaja Tarakan Ajak Warga Donor Darah dan Saksikan

22 Juni 2025 - 14:25

Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, Kaltara Raih Peringkat Pertama IRB se-Indonesia 2024

22 Juni 2025 - 12:15

Perayaan Sannipata Waisak, Momentum Perkuat Kedamaian Dan Toleransi Bermasyarakat

22 Juni 2025 - 11:45

Para Duta Lingkungan Hidup dan Song-Bawe Siap Jadi Agen Pelestarian Lingkungan Hidup di IKN

22 Juni 2025 - 10:18

IKN Masuki Tahap Kedua: Kepala Otorita IKN Tegaskan Komitmen dan Tata Kelola Pembangunan

20 Juni 2025 - 19:12

Aksi Donor Darah Perwira KPB bersama PMI Balikpapan, Wujud Kepedulian Sosial dan Budaya Sehat

20 Juni 2025 - 16:57

Trending di Daerah