Suatu hari di pertengahan tahun 2014 di loby Hotel Pasar Baru, Jakarta Pusat. H Udin Hianggio Walikota Tarakan perode 2009-2014 mengambil HP dari sakunya.
“Assalamualaikum. Halo Pak Sofian,” kata H Udin.
Saya mendengar jelas percakapan itu karena dispeaker. “Walaikumsalam Pak Wali,” jawab Pak Sofian Raga dengan sangat santun.

H Udin lantas menyampaikan niatnya menelepon salah satu stafnya itu.



“Mohon maaf Pak Sofian. Saya sudah putuskan sepertinya akan maju lagi di Pilwali,” kata H Udin dengan lugas.
Saya yang berada disebelahnya terkejut. Bukannya H Udin hanya satu periode? Kenapa tiba-tiba berubah. Ada apa ini? Siapa yang mempengaruhi beliau?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja. Tapi saya belum bisa bertanya. Karena beliau masih berbicara dengan salah satu pembantu terbaiknya itu.
“Oh, tidak masalah Pak. Itu kan hak Bapak. Saya tahu, banyak masyarakat yang mau Pak Wali dua periode,” ungkap Pak Sofian.
H Udin yang mendengar ungkapan itu tersenyum. Ia begitu respek dengan sikap Sofian Raga.
“Iya saya sudah dengar Pak Sofian mau maju jadi Walikota. Saya juga senang dan tidak melarang Bapak maju. Yang penting silaturahmi kita tetap jalan,” lanjut H Udin.
“Oh, pasti Pak Wali. Silaturahmi tetap nomor satu,” sambungnya.
Percakapan politik yang menurut saya sangat kontroversial itu berakhir saling mengucapkan salam.
Setelah itu giliran saya bertanya. Apa yang menyebabkan Pak Wali berubah sikap? Mengapa yang di telepon Sofian Raga?
Pak Udin lantas menjelaskan dengan sederhana. Bahwa politik itu bisa berubah kapan pun. Terkait dengan pertanyaan kedua.
“Aku itu respek Pai sama Pak Sofian. Selama jadi staf kinerjanya bagus. Aku salah satu yang mendorong dia maju. Makanya dia orang pertama yang aku hubungi. Jangan sampai nanti dia bilang Pak Udin tidak komitmen,” jelasnya.
Ok. Masuk akal. Tapi mengapa hanya Sofian Raga yang ditelepon? Bukannya ada banyak pejabat Pemkot yang ingin maju menjadi Walikota?
Sepertinya, H Udin ingin menjaga hubungan baik dengan Sofian Raga. Kontribusinya besar, saat Udin Hianggio menjadi Walikota. Sofian Raga dikenal pejabat yang lurus. Padahal dia menjabat Kepala Dinas PU yang prestisius. Basah. Tapi hidupnya tetap sederhana.
Selama menjabat birokrat, Sofian Raga juga tidak pernah terdengar cawe-cawe di politik. Ia sedikit pun tidak tergoda seperti rekan sejawatnya yang ikut nimbrung di politik.
Saya meyakini, pilihannya maju di Pilwali semata-mata karena ada peluang. Salah satunya sikap politik H Udin yang satu periode itu.
Toh, sejarah mencatat. H Udin Hianggio akhirnya tidak jadi maju di Pilwali. Itu yang memuluskan jalan Sofian Raga. Ia putra daerah. Didukung banyak tokoh Tarakan. Sebut saja mantan Walikota Almarhum dr Jusuf SK dan Yahya HT.
Akhirnya, Sofian Raga bisa memenangkan Pilwali yang bersejarah itu. Pilwali yang paling meriah. Karena diikuti 8 atau 9 pasangan.
Saya tidak terlalu mengikuti kenerjanya. Tapi dari beberapa kawan anggota DPRD, mereka sangat happy saat Tarakan dipimpin Sofian Raga. Anda pasti sudah tahu, mengapa mereka sangat happy.
Bagi saya, terobosan yang paling fenomenal selama Sofian Raga menjadi Walikota. Adalah mega proyek penanggulangan banjir Sebengkok.
Terlepas adanya hutang proyek yang ditanggung walikota setelahnya. Pembangunan itu dirasakan hingga kini. Sebengkok tidak pernah banjir lagi. Sederas apa pun hujan. Mau laut pasang atau surut. Sebengkok sudah bebas banjir.
Saya tahu. Awalnya banyak orang yang mengkritik proyek itu. Sesst… termasuk H Udin Hianggio. Tapi Sofian tetap jalan. Itulah proyek yang menguji ilmu Teknik Sipilnya.
Melalui tulisan ini saya mengusulkan kepada Pemerintah Kota Tarakan, sudah selayaknya Jalan Diponegoro alias Sebengkok itu dinamakan Jalan Sofian Raga. Itulah cara kita berterimakasih. Mengapresiasi seorang pemimpin. Terlepas apa pun kelebihan dan kekurangannya.
Yah, Sofian Raga sudah paripurna. Ia birokrat berprestasi. Bersih. Politisi yang pernah sukses. Dan merasakan pahit getirnya kekalahan.
Hari ini kita mengenang kebaikannya. Selamat jalan Pak Sofian. Raga mu boleh terkubur di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Tapi karya mu akan kami kenang selamanya. (pai/doddy Irvan)