TARAKAN – Perum Bulog Divre Tarakan telah menyerap gabah kering petani lokal di Kecamatan Sebatik, dan daerah Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, yang akan dijadikan cadangan pangan pemerintah.
Kepala PT. Perum Bulog Divre Tarakan, Sri Budi Prasetyo menjelaskan, pengadaan beras ini merupakan penugasan dari pemerintah, dalam rangka menyiapkan cadangan pangan pemerintah.
Bulog menyerap langsung gabah kering atau beras langsung dari petani, “Bulog Tarakan kami menyerap di petani Sebatik kurang lebih per hari ini itu ada 89 ton gabah yang kami beli di Sebatik,” ujarnya kepada media, Senin (29/4/2025) kemarin.
Pembelian dilakukan sejak bulan Maret 2025 hingga April dengan harga Rp 6.500 perkilogram gabah kering, tidak hanya itu Bulog juga membeli gabah kering di daerah Mansapa sekitar 4 ton sehingga total saat ini ada 93 ton.
“Sesuai perintah Presiden gabah kering panen dari petani dibeli oleh Bulog Rp 6.500 Perkilogram,” ungkapnya.
Gabah dari petani akan disimpan di daerah Sebatik dan Nunukan, pihaknya akan bekerjasama dengan Pemda Nunukan untuk penggunaan lumbung pangan yang ada di daerah tersebut.
Lebih lanjut, Sri mengatakan, gabah kering dari petani secepat mungkin akan diolah dan disimpan dalam bentuk beras.
“Kita akan simpan dalam bentuk beras, agar apabila ada kebutuhan sewaktu-waktu bisa disalurkan, kami menunggu penugasan Pemerintah,” sambungnya.
Beras yang diserap dari petani lokal akan disimpan di daerah tersebut dan disalurkan untuk masyarakat sekitar, sehingga kedepan tidak lagi ada ada pengiriman beras dari Bulog Tarakan.
“Sesuai arahan Presiden masyarakat itu bisa menuju kemandirian pangan,” katanya.
Selain Nunukan, beberapa daerah seperti Malinau, Tanjung Selor, Bulungan juga memiliki potensi beras lokal, saat ini tim sudah bergerak turun ke lapangan. Untuk di Tanjung Redeb sudah mulai dilakukan pembelian dari petani.
Masyarakat tidak perlu kawatir berapapun hasil produksi gabah kering atau beras akan dibeli oleh Bulog. Harga gabah kering Rp 6.500 Perkilogram.
Selain itu, Bulog juga akan menyerap jagung pipil petani lokal, namun sampai saat ini belum ada serapan, karena masih banyak petani yang menanam jagung manis. Sesuai Penugasan Bulog hanya memiliki jagung pipil atau jagung pakan.
(ary)













Discussion about this post