BALIKPAPAN, Fokusborneo.com — Suasana haru dan bangga menyelimuti aula Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disporapar) Kota Balikpapan pada Kamis (30/10/2025). Sejumlah atlet disabilitas muda berdiri tegak di hadapan jajaran pelatih dan orang tua mereka, mengenakan jaket kontingen berwarna merah dan hitam.
Tepuk tangan riuh bergema saat bendera kontingen dikibarkan, dalam momen pelepasan resmi 17 atlet yang akan mewakili Balikpapan di ajang Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) XI di Jakarta.
Para atlet merupakan hasil seleksi ketat dari puluhan peserta dalam ajang penjaringan tingkat kota. Mereka akan bertanding di empat cabang olahraga: para atletik, para tenis meja, para renang, dan para bulu tangkis.
Setiap langkah menuju ajang nasional ini diisi latihan panjang, kerja keras tanpa jeda, serta keyakinan kuat untuk membawa nama Balikpapan ke panggung tertinggi olahraga disabilitas pelajar Indonesia.
Kepala Disporapar Balikpapan, Ratih Kusuma, menyampaikan penghargaan kepada para atlet muda yang terus menunjukkan semangat pantang menyerah. Ia menilai perjuangan mereka merupakan cermin kekuatan tekad manusia yang tak tunduk pada keterbatasan.
“Setiap langkah yang diambil oleh anak-anak ini adalah bukti keberanian. Mereka tidak hanya berlatih untuk bertanding, tetapi berjuang untuk membuktikan nilai dari keteguhan hati. Balikpapan memberi hormat kepada mereka yang telah bekerja keras dengan segala daya,” ucap Ratih.
Ia menambahkan, pemerintah daerah memberi ruang luas bagi atlet disabilitas untuk berkembang melalui berbagai pelatihan, dukungan teknis, serta pembinaan berkelanjutan di bawah NPCI.
“Anak-anak ini memperlihatkan apa arti ketulusan dalam berjuang. Mereka tidak menunggu kesempatan datang, tetapi menciptakannya melalui disiplin dan kerja keras. Setiap tetes keringat yang jatuh adalah cerita tentang harapan yang tumbuh di Balikpapan,” ujar Ratih dengan nada penuh kebanggaan.
Suasana haru semakin terasa ketika para pelatih menyerahkan jaket kontingen dan medali simbolik sebagai bentuk restu perjalanan. Di mata para orang tua, terpancar rasa haru yang tak bisa disembunyikan.
Bagi sebagian dari mereka, perjuangan anak-anak ini bukan hanya tentang lomba, tetapi tentang pembuktian bahwa mimpi tetap memiliki ruang, bahkan di tengah keterbatasan fisik.
Ratih menegaskan pentingnya menjunjung sportivitas selama bertanding, menjaga kehormatan daerah, serta menampilkan karakter pejuang sejati di lapangan.
“Kemenangan tidak selalu diukur dari medali, tetapi dari keberanian melangkah dan keteguhan menghadapi rintangan. Setiap langkah menuju arena adalah bentuk kemenangan tersendiri,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kota Balikpapan, Muhammad, menyampaikan apresiasi terhadap seluruh atlet yang lolos ke ajang nasional. Ia menyebut pencapaian ini sebagai hasil dari disiplin tinggi dan dedikasi panjang.
“Perjalanan menuju Peparpenas tidak mudah. Banyak yang gugur di tengah jalan, namun 17 anak ini tetap bertahan. Mereka pantas diberi tempat terhormat di hati masyarakat Balikpapan,” ujar Muhammad.
Ia merinci, dari total peserta yang diseleksi, terdapat empat atlet di cabang atletik, lima di tenis meja, satu di renang, dan tujuh di bulu tangkis. Seluruhnya telah melalui tahapan pelatihan intensif bersama pelatih NPCI serta bimbingan pendamping yang memahami kebutuhan disabilitas.
“Setiap latihan dijalani dengan semangat luar biasa. Mereka datang pagi, pulang sore, tak pernah mengeluh. Semangat itu menular pada seluruh pelatih dan menjadi energi besar bagi NPCI untuk terus bergerak,” ungkapnya.
Muhammad mengajak masyarakat Balikpapan memberikan dukungan moral kepada para atlet agar tampil percaya diri di Jakarta. Dukungan publik diyakini dapat menjadi sumber kekuatan baru bagi mereka yang berjuang membawa nama daerah.
“Mereka membawa nama Balikpapan di dada. Setiap kali berdiri di podium, setiap kali menatap bendera, mereka membawa harapan kota ini. Sudah seharusnya masyarakat ikut menyertai dengan doa dan semangat,” katanya.
Selain menjadi ajang prestasi, Peparpenas juga menjadi wadah pembentukan karakter. Para atlet diajak memaknai olahraga sebagai ruang untuk menumbuhkan kemandirian, kedisiplinan, dan rasa percaya diri. Nilai-nilai inilah yang kelak menjadi fondasi kuat dalam kehidupan mereka di luar arena.
“Olahraga mengajarkan keseimbangan antara kerja keras dan keikhlasan. Dari situ tumbuh kepercayaan diri. Anak-anak ini memberi pelajaran penting bagi kita semua: tubuh bisa memiliki batas, tetapi tekad tidak,” ucapnya.
Peparpenas XI di Jakarta diikuti ratusan atlet pelajar disabilitas dari seluruh Indonesia. Ajang ini tidak hanya menampilkan adu kemampuan, tetapi juga memperkuat semangat inklusi sosial.
Bagi 17 atlet muda dari Balikpapan, perjalanan ini adalah kisah tentang keyakinan. Mereka melangkah bukan untuk mencari pengakuan, melainkan untuk menyalakan cahaya kecil yang mungkin menjadi penerang bagi banyak orang. (*)
 
                                 
			 
                                
 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                













Discussion about this post